TOPIK UTAMA

Semester I, Sektor Perkantoran Paling Terpuruk

Administrator | Senin, 11 Februari 2019 - 13:38:53 WIB | dibaca: 794 pembaca

Foto: Istimewa

Sepanjang semester I 2018, pasar perkantoran menjadi sektor yang paling terpuruk dibandingkan sektor-sektor properti lainnya, berdasarkan riset. Salah satu penyebabnya karena dalam dua tahun terakhir dan puncaknya terjadi pada tahun ini, pasokan ruang kantor di Jakarta melimpah ruah, sehingga mengalami over supply. Akibatnya penyerapan yang ada tidak berdampak signifikan.

Alhasil, para pengembang dan pengelola gedung perkantoran lebih fokus pada strategi bagaimana tingkat keterisian (okupansi) terjaga, sehingga ruang-ruangnya bisa tetap tersewa.

Senior Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto mengungkapkan pasokan perkantoran di kawasan bisnis atau central business district (CBD) maupun non CBD Jakarta hingga 2021 diperkirakan mencapai 11,5 juta per meter persegi.

Dimana 7 juta meter persegi di antaranya terkonsentrasi di CBD Jakarta. Sementara hingga akhir 2018 saja, terdapat 10 juta meter persegi di seluruh ibu kota. Sementara tingkat kekosongan hingga akhir tahun diprediksi ada sekitar 2 juta meter persegi.

“Permintaan menurun, tetapi disisi lain pasokan bertambah. Sebuah kondisi yang cukup berbeda dari beberapa tahun sebelumnya,” ungkap Ferry yang juga anggota Badan Riset DPP Realestat Indonesia (REI) tersebut.

Menurut dia, dengan adanya tingkat kekosongan tersebut, okupansi merosot menjadi 79%. Ini merupakan angka terburuk sejak 2012.

Sebelumnya okupansi masih di angka 85 persen untuk CBD. Sedangkan di non-CBD juga akan mengalami penurunan okupansi sekitar 2% hingga 2,5%.

Head of Research Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia, James Taylor menyebutkan permintaan positif terhadap perkantoran di kawasan CBD yang terjadi di kuartal II 2018 tidak banyak membantu menggairahkan sektor perkantoran karena pasokan melimpah.

Di CBD di pengujung semester I 2018 terdapat dua gedung perkantoran baru kelas premium yang selesai dibangun yakni Menara Astra dan WTC III yang berada di koridor Jalan Jenderal Sudirman, masing-masing gedung berkontribusi seluas 72.000 meter persegi dan 69.000 meter persegi.

Menahan Pasokan
James memprediksi hingga 2020, kawasan perkantoran CBD akan memperoleh satu juta meter persegi lagi tambahan ruang kantor baru.

“Kami kira tingkat keterisian yang lesu ini sulit pulih kalau pasokan perkantoran terus bertambah,” kata dia.

Hal senada diungkapkan Ferry Salanto. Menurut dia, keterpurukkan tingkat hunian di sektor perkantoran kemungkinan masih akan berlangsung hingga akhir tahun ini, meski sebenarnya diprediksi akan lebih banyak permintaan untuk relokasi di paruh kedua 2018.

“Grup pengembang besar dan asing masih melihat Jakarta terutama CBD sebagai pasar potensial. Itu alasan mengapa pengembang masih melakukan pembangunan gedung perkantoran yang diyakini akan terus terjadi hingga 2023,” ungkap dia.

Co-working office masih akan menjadi penggerak permintaan gedung kantor di Jakarta. Namun di sisi lain pertumbuhan co-working office bisa memberikan ancaman terhadap sistem sewa gedung konvensional. (Teti Purwanti)