TOPIK UTAMA

Ragam Strategi Dveloper Gaet Milenial

Administrator | Kamis, 21 Februari 2019 - 16:38:48 WIB | dibaca: 762 pembaca

Foto: Istimewa

Di era digital nan serba cepat, serba instan dan tidak lagi ada batasan ruang maupun waktu, developer pun tidak mau kalah beradu cepat mengolah strategi pemasaran yang inovatif untuk menggaet pasar generasi milenial. Sebagai generasi era digital, generasi ini paling akrab dengan perkembangan teknologi.

Chief Executive Officer Binare Indonesia, Novi Imelly melihat bahwa properti adalah basic needs generasi milenial yang belum sepenuhnya memahami kebutuhan dasar mereka sendiri. Karena itu, tugas developer untuk memberi edukasi kepada milenial sehingga mereka memahami betapa pentingnya memiliki sekaligus berinvestasi di properti.

“Untuk dapat masuk ke generasi ini developer tidak bisa serta merta secara langsung memasarkan produk dengan cara-cara konvensional. Ratusan informasi proyek properti on hand bagi generasi ini, gadget mereka adalah sumber informasi itu,” jelas Novi saat talk show interaktif PropertyInside Expo 2018, di Bidakara, Jakarta, baru-baru ini.

Menurut dia, generasi ini harus dapat dirangkul, para marketer harus mampu berbaur dan mengikuti gaya milenial ini. Bahkan, dirinya meminta para marketernya untuk masuk dalam komunitas milenial “kongkow” atau mengikuti hobi mereka.

Tim pemasaran juga dituntut update, proyek-proyek apa saja yang sedang menjadi trending topic di media sosial. Ini penting, karena para milenial sangat update informasi, maka harus diimbangi juga dengan pengetahuan yang kuat dari marketer. Lebih dari itu, jika ingin menyasar kaum milenial, ungkap Novi, developer wajib memahami kebutuhan mereka.

Menurut dia, anak-anak muda sekarang tidak terlalu membutuhkan space hunian yang luas. Sebagian milenial menyukai tempat tinggal yang praktis namun memiliki fasilitas-fasilitas yang lengkap. Mereka tidak butuh ruang tamu untuk menjamu tamu, kalau ada tamu yang mereka butuhkan adalah tempat kongkow seperti Starbuck, atau F&B Area.

“Bahkan di pantry, mereka tidak punya kompor gas atau alat-alat masak yang ribet, makan tinggal panggil gojek atau ke resto-resto cepat saji di kawasan tinggal mereka. Ini selera yang harus diketahui pengembang,” papar dia.

Tawarkan Kemudahan
Selain harus mengenal gaya hidup, pengembang juga dituntut mengetahui kebutuhan generasi milenial dalam hal pembiayaan properti. Seperti yang dilakukan ISPI Group dengan menawarkan promo super deal bertajuk My ISPI, yakni cukup dengan hanya membayar Rp 1,8 juta, konsumen sudah bisa dapat rumah di seluruh proyek-proyek ISPI Group.

“Program ini sangat bagus dan tepat buat milenia, karena cicilan yang ditawarkan juga hanya Rp 1,8 juta untuk jangka waktu 20 tahun,” ungkap Komisaris Utama ISPI Group, Preadi Ekarto, saat memperkenalkan My ISPI di arena Indonesia Property Expo 2018 di JCC beberapa waktu lalu.

Diakui Preadi, segmen milenial pasarnya besar sekali. Dari sisi unit dia mempekirakan pembeli ISPI Group, 50% generasi milenial, khususnya untuk rumah diharga Rp 300 juta hingga Rp 500 juta.

Asumsinya dengan penghasilan Rp 6 juta, dengan angsuran Rp 1,8 juta per bulan, kaum milenial masih bisa mencicil, kongkow-kongkow, kuliner, jalan-jalan dan lain-lain.

“Punya rumah namun tetap ingin menikmati hiburan, itulah selera generasi digital yang harus dipahami pengembang,” kata dia.

Kartu My ISPI sendiri merupakan kerjasama ISPI Group dengan Bank BTN. Kartu ini sejenis kartu e-money dengan menggunakan QR code BTN yang akan menjadi kartu pembayaran konsumen yang ingin menikmati produk-produk ISPI.

Dijelaskan Preadi, kartu itu merupakan bentuk inovasi ISPI Group dalam mengikuti perkembangan era digital yang menjadi dunia generasi milenial. Dimana saat ini orang malas membawa uang tunai kemana-mana sehingga semua harus serba cashless. Dengan kartu tersebut, konsumen akan mendapatkan diskon untuk menikmati fasilitas yang dimiliki ISPI Group, seperti masuk ke waterpark ISPI dan ataupun sejuga menginap di hotel milik grup tersebut.

Strategi memberikan kemudahan pembelian juga dilakukan PT Permata Sakti Mandiri (PSM) selaku pengembang apartemen Cimanggis City.

Direktur Cimanggis City, Agus Susilo, mengatakan selama pameran Indonesia Property Expo 2018 pihaknya secara khusus memang membidik pasar milenial. Salah satunya dengan memberikan penawaran hunian dengan uang muka atau down payment nol persen, dan cicilan yang terjangkau calon konsumen.

Ditambah dengan berbagai pilihan cara bayar melalui cash bertahap atau cicilan melalui fasilitas Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) bank BTN yang tiap bulannya diasumsikan sekitar Rp 2,5 jutaan.

“Program ini ditujukan agar generasi milenial atau para pekerja muda yang ingin memiliki hunian impiannya dapat dipermudah. Ini akan menambah keterjangkauan kaum milenial,” kata dia.

Agus mengakui, banyak generasi muda sudah takut duluan saat ingin memiliki hunian karena memikirkan uang muka atau besaran cicilan. Oleh karena itu, pengembang dituntut inovatif melakukan strategi penjualan termasuk dengan menawarkan program pembayaran yang menarik bagi generasi milenial.

Bukan hanya pengembang lokal asal Indonesia yang punya konsentrasi khusus terhadap hunian bagi kaum milenial, ternyata sejumlah pengembang asing pun tertarik untuk fokus membidik ceruk pasar ini.

Daiwa House yang merupakan pengembang kenamaan asal Jepang memutuskan untuk memasuki pasar properti Indonesia dengan mengembangkan kawasan hunian berkualitas namun harga terjangkau dengan target pasar kelas menengah Indonesia yang sebagian besar merupakan generasi milenial.

“Proyek Sakura Garden City ini kami bangun dengan memerhatikan permintaan yang muncul di pasar perumahan Jakarta. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, segmen kelas menengah tumbuh dan permintaan mereka terhadap perumahan yang sesuai dengan kebutuhan generasi digital cukup besar,” kata Nobuya Ichiki, President Direktur PT Sayana Integra Properti, anak usaha Daiwa House.

Untuk mengembangkan properti ini, kata Ichiki, pihaknya membawa metodologi pembangunan yang telah disempurnakan selama bertahun-tahun dari Jepang. Salah satunya pengalaman dalam mendesain hunian berbasis Transit Oriented Development atau TOD. (Rinaldi)