Kilas Berita

Kebijakan Bebas Karantina Wisman Bangkitkan Sektor Pariwisata

Administrator | Senin, 12 September 2022 - 13:24:04 WIB | dibaca: 188 pembaca

Foto: Istimewa

Kebijakan pemerintah yang memberlakukan bebas karantina terhadap Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) atau wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali, Batam, dan Bintan dan kemudian bakal diperluas ke 7 pintu masuk di Indonesia akan memberikan dampak yang positif terhadap sektor pariwisata nasional.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan dampak tersebut juga diperkuat dengan layanan Visa On Arrival (VOA) khusus wisata yang diberikan pemerintah kepada PPLN dari 42 negara ke Bali serta Batam dan Bintan.

“Ini adalah kebijakan yang tepat sasaran, tepat manfaat, dan tepat waktu. Alhamdulillah tidak memicu peningkatan kasus Covid-19,” kata Menparekraf Sandiaga Uno dalam keterangannya, Selasa (29/3).

Pemerintah berencana memperluas fasilitas VOA ke beberapa entry point lain di Indonesia. Antara lain Bandar Udara Kualanamu Medan, Soekarno-Hatta Tangerang-Banten, Juanda Surabaya, Sultan Hasanuddin Makassar dan Sam Ratulangi Manado.

Namun, Menparekraf memastikan rencana tersebut akan dilakukan secara bertahap dengan melihat data-data yang ada. Khususnya dalam penanganan pandemi yang saat ini terus membaik, serta penerapan protokol kesehatan yang semakin ketat dan disiplin.

“Kami melihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara meningkat dan perluasan visa on arrival ini akan bertahap bertingkat dan berkelanjutan. Tentunya ini menjadi satu optimisme baru, momentum kebangkitan ekonomi kita dan bisa membuka peluang usaha dan lapangan kerja,” Menteri Sandiaga.

Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya, menjelaskan, kemudahan memasuki wilayah Indonesia memang memberikan dampak yang besar pada tingkat kunjungan wisatawan mancanegara.

Saat ini, kata Nia, pengguna terbesar layanan VOA khusus wisata adalah wisman dari negara-negara seperti Australia, Singapura, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris.

“Jadi bisa dibilang kalau berdasarkan data sebelum pandemi, mereka adalah negaranegara yang spendingnya di atas rata-rata,” kata Nia Niscaya.

Perhotelan Bali
Konsultan properti dan investasi Colliers International Indonesia menilai, pembukaan jalur penerbangan internasional dan pemberlakukan bebas karantina ke Bali akan berdampak positif bagi okupansi (keterisian) hotel dan juga sektor pariwisata. Disebutkan, rata-rata tingkat hunian hotel di Bali pada akhir 2021 sudah mencapai sekitar 40%, sementara Jakarta mencapai sekitar 70%.

Head of Hospitality Services Colliers Indonesia Satria Wei menyebutkan, berdasarkan riset sebagian besar wisatawan asing yang datang ke Indonesia dalam beberapa bulan terakhir masih didominasi oleh para pebisnis dan mereka yang memiliki kepentingan bisnis atau pekerjaan di Jakarta.

“Wisatawan yang merencanakan liburan atau benar-benar akan bepergian, jumlahnya rendah. Peraturan yang terus berubah menjadi salah satu aspek yang sering menjadi pertimbangan wisatawan. Namun, dibalik tantangan tersebut, ada peluang yang terlihat cukup positif.” Kata Satria Wei, dalam keterangan persnya.

Tanggal 4 Februari 2022 penerbangan internasional mulai dibuka kembali dan beberapa rute penerbangan langsung ke Bali.

Sejalan dengan dibukanya pariwisata Indonesia untuk wisatawan asing, pemerintah Indonesia telah memperbarui pedoman pelaksanaan perjalanan internasional terutama menggunakan transportasi udara ketika memasuki Bali, seperti aturan vaksinasi lengkap, kebijakan karantina, dan aturan visa on arrival. 

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) juga memproyeksikan bahwa dengan meningkatnya permintaan dan pelonggaran kebijakan karantina di Bali, tingkat hunian hotel dapat tumbuh sebesar 10% -20%, terutama dikarenakan kedatangan wisatawan asing di akhir tahun 2022.

Pergerakan positif terlihat dari minat wisatawan asing, seperti dari Eropa dan Australia, yang antusiasnya tinggi untuk kembali berkunjung ke Bali dan ini terbukti dari permintaan yang masuk untuk bulan Agustus, September dan bulan-bulan berikutnya. Sinyal positif juga terlihat dari kinerja hotel yang sebelumnya hanya memiliki tingkat okupansi 5%, namun kini mulai tumbuh dengan permintaan kamar yang meningkat.

Satria Wei juga melihat, ada pergerakan pembangunan hotel, baik yang sudah ada maupun yang baru konstruksi. Pembangunan dan pengembangan daerah Canggu hingga Tabanan mendapatkan momentum, mulai dari villa, homestay, hingga restoran.

“Pembangunan diperkirakan akan terus tumbuh di kawasan-kawasan tersebut, bukan hanya karena harga tanah yang masih relatif terjangkau, tetapi juga karena infrastruktur yang semakin membaik. Antara lain dengan dimulainya pembangunan jalan tol Gilimanuk-Mengwi dalam waktu dekat serta pembangunan bandara baru di Bali Utara,” jelasnya.
(Teti Purwanti)
 
 
Sumber: