TOPIK KHUSUS

Stimulus PPN dan Bunga KPR Rendah

Ini Momentum Konsumen Beli Properti!

Administrator | Jumat, 14 Januari 2022 - 16:00:59 WIB | dibaca: 261 pembaca

Foto: Istimewa

Tren penjualan properti khususnya hunian diprediksi akan terus meningkat dipicu adanya stimulus diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Suku Bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang kini semakin terjangkau. Kondisi itu menjadi momentum bagi masyarakat untuk mulai “berburu” rumah impian.

Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengatakan sekarang adalah waktu yang paling tepat bagi masyarakat untuk membeli rumah dengan memanfaatkan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk pembelian rumah tapak atau rusun baru siap huni, serta fasilitas KPR dari perbankan yang sudah menyentuh single digit.

“Banyak hal yang saat ini membantu masyarakat untuk membeli rumah, termasuk bunga KPR single digit. Sekarang saya kira tidak ada lagi bunga KPR di atas 10%, sehingga inilah momentum paling tepat untuk membeli hunian,” kata Totok seperti dikutip dari program Investime CNBC Indonesia TV, Kamis (23/9/2021).

Insentif PPN DTP berlaku untuk rumah tapak dan rumah susun yang sudah jadi (ready stock) dan untuk pembelian pertama. Pemerintah akan menanggung semua atau 100% PPN rumah dengan harga jual di bawah Rp 2 miliar, dan untuk rumah di atas Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar ditanggung 50%.

Seperti diketahui, Pemerintah telah memperpanjang stimulus PPN DTP hingga akhir tahun 2021. Sebelumnya, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 21 Tahun 2021, PPN ditanggung pemerintah hanya berlaku hingga Agustus 2021.

Menurut Totok, perpanjangan insentif PPN DTP properti menjadi katalis positif untuk penjualan properti. Apalagi pasar perumahan kini didominasi oleh end user yang sampai saat ini masih cukup aktif untuk membeli rumah karena kebutuhan mereka.

REI memperkirakan penjualan rumah sudah meningkat secara rata-rata 20% dibandingkan sebelum adanya insentif PPN DTP. Kondisi tersebut akan membawa multiplier effect bagi sektor properti secara keseluruhan di masa mendatang.

“Permintaan rumah tapak dan apartemen terus menunjukkan tren peningkatan, terutama yang harganya berada antara rentang Rp 200 jutaan sampai dengan Rp1 miliar,” jelas Totok.

Pengusaha properti asal Jawa Timur itu menambahkan mayoritas permintaan rumah masih didominasi di kota-kota besar di wilayah Pulau Jawa dan sudah mulai merata pula ke kota-kota besar di Pulau Sumatera dan Sulawesi. Sebagian besar penjualan dilakukan lewat pemasaran online yang memang banyak dilakukan pengembang selama masa pandemi Covid-19.

“Data yang masuk secara online per 11 September 2021 ada 22.615 unit hunian kelas menengah atas milik anggota REI yang terjual sebagai efek dari adanya stimulus PPN DTP. Total nilai penjualan diperkirakan mencapai Rp13 triliun,” ungkap Totok.

Dia bahkan memprediksi penjualan hingga akhir tahun ini dapat mencapai Rp32 triliun. Namun dengan catatan tidak ada lagi gelombang ketiga pandemi Covid-19 yang membatasi pergerakan masyarakat. Pasalnya, mayoritas konsumen yang mencari rumah tetap ingin melihat bentuk fisik properti yang hendak dibelinya termasuk pembeli secara online.

REI meminta pemerintah konsisten untuk terus melanjutkan stimulus PPN DTP ini hingga tahun depan untuk membangkitkan kembali sektor rill menuju arah normal.

Optimisme Pasar
Marine Novita, Country Manager Rumah.com menyebutkan pada tahun ini harga rumah juga mengalami pertumbuhan karena minat pasar makin meningkat. Menurut dia, pada kuartal II-2021 harga rumah naik 2,24% dibandingkan kuartal sebelumnya dan naik 1,97% dibandingkan tahun lalu.

“Dengan harga naik, berarti kita tahu kalau optimisme pasar juga bertambah dan memastikan kalau properti ini adalah kebutuhan pokok bagi masyarakat, meski di tengah pandemi,” kata dia dalam webinar Tren Hunian Pascapandemi: Temuan Consumer Sentiment Study dan Langkah Industri Properti, Selasa (5/10/2021).

Meski masih flukuatif, namun Marine memastikan minat orang untuk membeli properti di tahun ini trennya semakin positif. Hal itu didukung pemerintah, dengan stimulus PPN DTP dan Bank Indonesia (BI) dengan pelonggaran loan to value (LTV) maupun suku bunga KPR yang rendah.

Dia mengatakan perpanjangan PPN DTP mampu meningkatkan konsumsi masyarakat di sektor properti dan bisa menjadi katalis yang baik bagi perekonomian domestik. Oleh karena itu, perpanjangan insentif PPN ini perlu terus didukung oleh stakeholder industri properti.

“Insentif ini agar sektor properti segera bangkit dan masyarakat mulai menggunakan sumberdayanya untuk konsumsi, khususnya kelompok menengah atas,” kata Marine.

Menurutnya, adanya perpanjangan insentif PPN Properti menunjukkan bahwa pemerintah sedang berusaha keras menggenjot industri properti dengan mendorong masyarakat melakukan pembelian rumah baik rumah tapak maupun rumah susun.

Sementara itu, Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Kurniawan Agung dalam webinar yang sama juga mengungkapkan bahwa geliat penyaluran KPR tidak akan ada matinya dan diyakini akan terus tumbuh meningkat.

Menurutnya, demand yang paling meningkat di tengah pandemi adalah hunian untuk kelas menengah dan milenial. Untuk itu, BI berencana mendorong perbankan untuk menurunkan bunga dasar karena masih ada ruang di sana.

“BI mendorong bank untuk menurunkan bunga, yang trennya memang sudah terus turun, namun kami melihat masih bisa diturunkan lagi karena masih ada ruang di sana,” ungkap Kurniawan. (Rinaldi/Teti)
 
Sumber: