Sajian Utama

Sinergi Jauh Lebih Penting

Administrator | Kamis, 03 November 2016 - 10:15:14 WIB | dibaca: 2282 pembaca

Mendapatkan rumah yang layak adalah hak seluruh masyarakat Indonesia. Siapa pun dengan strata apa pun berhak memiliki rumah sesuai dengan yang dikehendaki.

Sayangnya, tak semua masyarakat Indonesia berkesempatan memiliki rumah yang layak dan ideal. Sebaliknya, masih banyak masyarakat Indonesia sulit mendapatkan dan memiliki rumah, karena tak memiliki akses pembiayaan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut backlog rumah hingga kini mencapai 13,6 juta unit dan berpotensi akan terus meningkat jika tak ada program penyediaan rumah dalam skala besar. Beruntung, Presiden Joko Widodo (Jokowi) punya tekad kuat untuk merumahkan rakyatnya. Program pembangunan sejuta rumah pun akhirnya digulirkan dan telah memasuki tahun kedua sejak diresmikan setahun yang lalu.

Bukan lantas dengan adanya program tersebut masyarakat dimudahkan untuk memiliki rumah. Ada persyaratan yang tetap harus dilalui yang terkadang menjadi hambatan masyarakat untuk memiliki rumah. Namun, persyaratan ini harus tetap dilakukan karena menyangkut keuangan negara.

“Solusi untuk menyelaraskan keinginan memiliki dan merumahkan masyarakat adalah melalui sinergi seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) untuk saling bahu membahu, sehingga seluruh Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dapat memiliki hunian yang layak,” ujar Ketua Umum DPP REI, Eddy Hussy kepada Majalah REI.

Titik lemah dari kurang optimalnya program ini setahun yang lalu adalah kurangnya sinergi. Menyadari betapa pentingnya sinergi, pemerintah bersama stakeholder termasuk REI di dalamnya intensif melakukan koordinasi mencari cara agar sinergi ini bisa optimal dilakukan.

Persoalan yang menonjol adalah sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah. pemerintah daerah memberikan kesan kurang mendukung pelaksanaan program pembangunan sejuta rumah akibatnya progres tidak seperti yang diharapkan.

Sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan perumahan, REI akan terus mendukung langkah pemerintah dalam mengupayakan penyediaan hunian yang layak untuk seluruh masyarakat Indonesia. REI optimistis program rumah murah akan dapat terwujud dengan dukungan dan bersatunya pemerintah bersama seluruh stakeholder  properti di Indonesia.

“Kami akan turun ke daerah-daerah guna memastikan seluruh pemerintah daerah mempunyai pengertian dan prioritas yang sama mengenai program Sejuta Rumah. Seluruh tim REI dari Bidang Rumah Sederhana Tapak (RST) akan ikut terjun mengawal ke lapangan bersama kementerian. Inilah bentuk dukungan REI terhadap pemerintah,” tegasnya.

Keseriusan REI untuk terjun ke bawah dalam rangka menyukseskan program sejuta rumah juga dipicu dengan meningkatnya properti untuk segmen kelas menengah ke bawah hingga 15 persen, khususnya yang terkait skema FLPP.

“Kami dengarkan problema temanteman di daerah. Kami akan bangun komunikasi dengan para pemangku kepentingan untuk kendala-kendala yang masih terhambat saat ini, mulai dari kemudahan perizinan, permasalahan listrik hingga kebutuhan air,” ujarnya.

Konsolidasi yang dibangun REI sudah semakin baik, baik itu antar sesama anggota REI, pemerintah, dan instansi lain terkait untuk menjalankan program sejuta rumah. “Pemerintah menyatakan membuat paradigma baru dalam memberikan pelayanan tidak terputus di hari libur,” kata Menteri Agraria Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Ferry Mursyidan Baldan