ISU GLOBAL

Warga Tiongkok Masih Dominasi Kunjungan Pariwisata Global

Administrator | Senin, 16 Maret 2020 - 11:26:48 WIB | dibaca: 558 pembaca

Foto: Istimewa

Warga negara China masih mendominasi pasar wisatawan internasional. Pada 2018, berdasarkan riset perusahaan konsultan dan riset properti, masyarakat Negeri Tirai Bambu itu melakukan hampir 150 juta kali perjalanan ke seluruh dunia.

Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata China, angka tersebut naik 15 kali lipat dibandingkan tahun 2000 dan diperkirakan akan terus meningkat di masa mendatang. Bahkan diperkirakan satu dari tujuh pengunjung ke 300 kota teratas dunia pada 2025 berasal dari Tiongkok.

“Fakta menyebutkan dari 25 kota teratas yang dikunjungi wisatawan China secara global, 11 diantara berada di Asia Pasifik seperti Indonesia, Makau dan Singapura. Negara-negara tersebut sangat populer bagi turis Tiongkok daratan,” ungkap Marie Hickey, Director Commercial Research Savills Internasional dalam siaran persnya, baru-baru ini.

Kota-kota di Indonesia yang paling diminati wisatawan China antara lain Denpasar, Jakarta dan Batam (Kepri).

Disebutkan, meningkatnya jumlah wisatawan China memiliki implikasi positif untuk sektor perhotelan di kota-kota yang populer dikunjungi, selain membawa pengaruh langsung kepada pasar ritel di kota-kota tadi khusus di segmen premium.

Konsumen asal China sekarang menjadi pembelanja terbesar dalam hal barang-barang mewah, dengan 76% diantaranya dihabiskan di luar pasar domestik mereka. Merek-merek mewah cenderung memfokuskan pembukaan toko baru di kota-kota yang menarik banyak wisatawan Tiongkok.

Sebagai contoh, London dan Bangkok memimpin dalam hal jumlah pembukaan toko mewah baru pada 2018. Peritel di London melihat jumlah pengunjung China meningkat sebesar 69% selama dua tahun terakhir.

Tetapi, pola perjalanan wisatawan China ini dapat dengan mudah bergeser sehubungan dengan terjadinya perselisihan politik dan perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) yang juga berkorelasi dengan sejumlah sekutunya seperti Inggris, Jepang dan Korea Selatan.

Proyeksi Pasar
Wisatawan asal India diperkirakan akan menjadi pasar sumber pertumbuhan di masa depan secara global dengan populasi besar yang mencapai 1,3 miliar jiwa.

“Seperti halnya China, di India kelas menengahnya juga tumbuh sangat pesat,” ungkap Marie.

Organisasi Pariwisata Dunia PBB atau The United Nations World Tourism Organisation (UNWTO) memperkirakan bahwa perjalanan orang keluar dari India akan mencapai 50 juta pada 2020. Angka itu dua kali lipat dari jumlah yang terlihat pada 2017. Meski secara jumlah kunjungan wisatawan India masih jauh tertinggal dari China, namun banyak potensi yang dapat menjadi pendorong minat warga India untuk berwisata secara global.

Lalu, negara dan kota saja yang menarik bagi wisatawan India?

Sementara Paris telah menjadi destinasi favorit bagi wisatawan Tiongkok, maka Inggris menjadi yang paling disukai sebagai lokasi liburan masyarakat India. Hal itu dikarenakan adanya ikatan sejarah antara Inggris dan India, ditambah lagi Bahasa Inggris biasa digunakan untuk tujuan resmi dan bisnis di Negeri Bollywood tersebut.

“Ini menunjukkan bahwa London kemungkinan akan tetap menjadi pasar tujuan utama bagi meningkatnya jumlah wisatawan global India,” sebut Marie.

Ke depan, UNWTO meramalkan bahwa pariwisata lintas batas global akan meningkat 46% menjadi 1,8 miliar pada 2030, didorong oleh kelas menengah yang tumbuh kencang, khususnya di Asia. Ini memberikan peluang bagi realestat di sekitar pengembangan akomodasi wisata. Namun begitu, resiko terjadinya over supply akomodasi juga dapat menjadi perusak bagi aktivitas pariwisata di beberapa kota.

Barcelona dan Amsterdam telah berupaya membatasi penggunaan Air BnB karena peran negatifnya pada ketersediaan dan biaya hotel bagi penghuninya. Barcelona mengambil langkah lebih jauh dengan melarang pengembangan hotel baru di pusat kota. Ini diperburuk lagi, dimana di kota-kota lain kemampuan untuk mengembangkan hotel baru juga dibatasi, seperti halnya di Venesia, yang memiliki kepadatan wisatawan tertinggi di Eropa.

Namun, tantangan sebenarnya di masa mendatang bukan tentang total over-tourism, tetapi bagaimana Anda menyebarkan promosi pariwisata. Dengan semakin banyaknya pelancong yang mencari pengalaman yang lebih di satu kota, maka inovasi dan kreativitas dalam memperkenalkan pariwisata kota menjadi sangat penting.

Pasar Milenial
Isu populasi generasi milenial yang tumbuh pesat juga menjadi isu penting dalam pengembangan pariwisata secara global. Di China misalnya, pasar wisata terbesar saat ini adalah kaum milenium dan rekan-rekan mereka yang lebih muda yakni Gen Z yang bakal mendominasi secara demografis.

Alih-alih membeli barang, generasi ini justru lebih senang bepergian dan berlibur (travelling). Misalnya, rumah tangga pasangan di bawah 30 tahun telah meningkatkan pengeluaran untuk akomodasi liburan di luar negeri lebih dari 300% sejak 2009, dengan akomodasi staycation menghabiskan lebih dari 100%.

“Untuk industri perjalanan, mereka ini sudah menjadi target utama. Karena tahun depan diperkirakan kekuatan belanja kelompok milenial global bakal melampaui yang dimiliki Gen X,” ujar Marie.

Namun, perlu disadari bahwa tuntutan perjalanan generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Dari perspektif akomodasi, masalah harga dan pengalaman menginap menjadi kunci yang terlihat dari pesatnya pertumbuhan hotel butik dan penyedia ruang hybrid.

Sebagai contoh, The Student Hotel di Amsterdam adalah persilangan antara perumahan siswa, asrama dan hotel yang semuanya diatur dengan konsep yang instagrammable. (Rinaldi)