Berita

Sekarang saat Termudah untuk Membeli Rumah

Administrator | Senin, 29 April 2019 - 14:58:47 WIB | dibaca: 816 pembaca

Foto: Istimewa

MESKI suku bunga tidak lebih tinggi pada 2015, saat ini merupakan saat termudah untuk membeli rumah. Hal itu lantaran kebijakan pemerintah yang mempermudah pembelian rumah.

Head of Marketing Rumah.com, Ike Hamdan, mengatakan beberapa kebijakan yang mendukung untuk membeli rumah, antara lain pendirian PT Sarana Multi Infrastruktur, pendirian PT Sarana Multigriya Finansial, pemberlakuan BI 7 days repo rate, dan penyempurnaan ketentuan loan to value untuk kredit properti melalui berbagai peraturan Bank Indonesia. "Adanya kebijakan itu menunjukkan bahwa sesungguhnya saat ini merupakan kondisi termudah untuk membeli rumah," tutur Ike, dalam siaran persnya, beberapa waktu lalu.

Kondisi itu juga diperkuat dengan hasil survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index semester 1/2019 bahwa konsumen properti masih optimistis dengan iklim pasar properti nasional.

"Berdasarkan hasil survei tersebut, sebanyak 65% responden mengaku puas dengan kondisi pasar properti Indonesia," ujar Ike.

Kepuasan terhadap iklim properti ini mayoritas didasarkan pada faktor kenaikan harga properti yang stabil serta apresiasi terhadap kenaikan harga properti jangka panjang. Kedua faktor ini diamini 63% responden. Sementara itu, 15% responden lain yang merasa tidak puas mengungkapkan faktor kenaikan harga properti sebagai penyebabnya. Alasan lainnya ialah uang muka yang terlalu tinggi.

Rumah.com Property Affordability Sentiment Index ialah survei berkala yang diselenggarakan dua kali dalam setahun oleh Rumah.com bekerja sama dengan lembaga riset Intuit Research, Singapura. Hasil survei itu diperoleh berdasarkan 1.002 responden dari seluruh Indonesia yang dilakukan pada Juli hingga Desember 2018.

Ike menjelaskan bahwa faktor kenaikan harga memang selalu dipandang dari dua sisi. Bagi yang optimistis, mereka melihatnya sebagai peluang investasi di masa depan, sedangkan mereka yang pesimistis, ini disebabkan keraguan terhadap kemampuan finansial mereka.

Mereka yang belum yakin dengan kemampuan kemungkinan ialah mereka yang masih awam atau kurang informasi. Padahal, saat ini pasar properti sedang berpihak kepada pembeli.

Hal ini sejalan dengan optimisme masyarakat terhadap pasar properti pada 2019 yang cenderung naik secara lambat. Berdasarkan Rumah.com Property Index terjadi kenaikan indeks harga properti sebesar 2,9% atau 3.1 poin dari kuartal keempat (Q4) 2017 ke Q4 2018, sedangkan di sisi suplai terjadi penurunan sebesar 17% pada Q4 2018 (quarter-on-quarter) dan sebesar 0,9% (year-on-year).

Penurunan ini merupakan siklus tahunan karena para pengembang enggan meluncurkan proyek mereka di akhir tahun karena konsumen cenderung fokus berbelanja jelang akhir tahun.

"Pengembang properti tentu tidak menutup mata terhadap kondisi pasar dan berbagai kemudahan saat ini. Karena itu, mereka juga melakukan penyesuaian target pasar dengan memperbesar suplai untuk kalangan menengah. Tak perlu cemas, dengan rajin mencari informasi dan melakukan pertimbangan yang tepat, masyarakat akan bisa memiliki rumah," pungkas Ike.

Optimistis meningkat
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Dewan Pengurus Daerah Realestat Indonesia (DPP REI), Soelaeman Soemawinata, mengatakan, untuk perumahan level fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) cenderung tidak berpengaruh harganya karena penerapan kebijakan yang jelas dari pemerintah serta pasar yang masih luas dan kuat.

Pemerintah akan menaikkan harga rumah subsidi pada 2019 ini. Kenaikan harga rumah subsidi diperkirakan dari 3% hingga 7,5%. REI pun sedang menunggu harga baru setelah pemilu usai.

Total realisasi pembangunan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) pada 2018 oleh REI sebesar 214 ribu unit. Pada 2019, mereka akan menaikkan menjadi 230 ribu unit.

Adapun permintaan rumah sampai saat ini di kategori nonsubsidi menengah dengan harga Rp200 juta-Rp700 juta. Menurut dia, harga itu masih bagus. "Yang melambat justru rumah harga level ke atas yang masih wait and see," jelas Soelaeman.

Solaeman menyatakan optimistis akan permintaan rumah meningkat. Hal itu terlihat dari kenaikan kredit investasi untuk rumah-rumah nonkomersial dari perbankan. "Pengembang sedang persiapan untuk proyek-proyeknya. Setelah pemilu ini akan banyak yang launching," tuturnya. "Tahun ini saya berharap pengembang bisa meningkatkan target masing-masing. Dengan krisis properti selama empat tahun terakhir dari 2014, mereka harus berproduksi. Selain itu, mereka juga harus menghabiskan stok," tandasnya.

Sumber: mediaindonesia.com