ASPIRASI DAERAH
REI Papua: Regulator Perlu Tahu Kondisi di Lapangan
Dewan Pengurus Daerah Real Estate Indonesia (DPD REI) Papuamengungkapkan kalau tahun ini masalah pembangunan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) memuncak di daerah tersebut. Akibatnya, Ketua DPD REI Papua, Nelly Suryani mengungkap bahwa target pembangunan rumah MBR pada tahun ini kemungkinan turun 40% dibandingkan tahun lalu sebanyak 2.000 unit.
“Tahun ini kami menargetkan 2.000 unit saja dibandingkan tahun lalu 5.500. Sedih, hingga akhir semester pertama baru 600 unit saja,” kata perempuan yang kerap disapa Maria itu kepada Majalah RealEstat, baru-baru ini.
Akibat hal ini, Maria berharap pemerintah wa- jib tahu kondisi riil di lapangan, pasalnya saat ini pe- merintah kerap membuat aturan yang tidak sesuai dengan kondisi yang terjadi di Papua. Salah satu masalah yang dihadapi adalah gencarnya digitalisasi, namun sayangnya hal ini tidak bisa diakomodasi di Papua.
Misalnya semenjak awal tahun, internet di Papua kerap kali terputus, yakni hingga empat kali putus dan setiap kali putus bisa berlangsung hingga enam pekan. Akibat putusnya internet pada awal Juni, 75% anggota REI Papua tidak bisa mengikuti pelatihan SiPetruk.
“Akibat matinya internet kami tidak bisa telepon dan internet sama sekali. Regulator ini harusnya ingat kalau infrastruktur dasar baik, selama 2016 hingga 2018 bisa mereaalisasikan 4.000 hingga 5.000 unit ru- mah,”jelas Maria.
Karena itu, dia mohon kepada regulator infras- truktur dasar bisa lebih baik. Pasalnya Indonesia bukan cuma Jawa, apalagi Makassar saja bisa dua kali gangguan, apalagi di Papua.
Di sisi lain, menurut Maria pihaknya bukan tidak mendukung namun berharap pemerintah bisa meli- hat realita dan kondisi riil di lapangan.
“Di Papua sangat sulit kondisinya, bahkan anggota REI saja 40% anggota sudah gugur. Apakah pemerintah ingin semua pengembang tumbang?,”tanya Maria.
Menurut dia, tahun ini anggota DPD REI Papua hanya tersisa 28 pengembang saja. Oleh karena itu, Maria berharap regulator bisa mengevaluasi semua aturan yang dikeluarkannya. Misalnya, saat dikeluarkan seharusnya diperhatikan apakah aplikabel? Setelah itu kalau memang ada masalah, seharusnya bisa revisi.
Di sisi lain, DPD REI Papua juga kerap melakukan sosialisasi dan edukasi agar pengembang serta masya- rakat bisa memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang bisa dimanfaatkan oleh pengembang dan masyarakat agar bisa mempermudah seperti harapan dari pemerintah membuat semua aplikasi tersebut.
Apresiasi Kebijakan
Di sisi lain, Maria juga mengapresiasi kebijakan yang diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), yaitu Permen Nomor 411 2021 tentang Peningkatan Penghasilan Akhir Take Home Pay Papua dari Rp8 juta menjadi Rp10 juta.
“Kami mengapresiasi setiap ada perubahan dan evaluasi yang berarti ada perhatian kepada kami,” ungkap Maria.
Menurut Maria kebijakan ini sangat diapresiasi apalagi MBR di Papua masih sangat butuh rumah sebagai hak asasi manusia. Meski belum seluruhnya harapan pengembang dan masyarakat Papua diakomodir, REI Papua berterima kasih karena hal ini sudah diakomodasi.
Selain itu, REI Papua juga berharap agar Sireng dimanfaatkan secara maksimal oleh regulator. Menurut Maria seharusnya data pengembnag di Sireng lebih detail selain nama PT juga harus ada nama pengurus, agar bila pengembang diberikan hukuman tidak bisa pindah ke asosiasi lain dan ganti PT.
“Di kami ada dua pengembang tidak kami perpan- jang, karena membangun di bantaran sungai dan daerah resapan. Namun ternyata mereka mengganti nama PT dan asosiasi yang mengakibatkan DPD REI yang terdampak bersama dengan bank dan peme- rintah daerah,”jelas Maria.
Oleh karena itu, Maria sangat berharap Sireng bisa dimaksimalkan agar pengembang nakal ini bisa memperbaiki diri atau dikeluarkan, agar pengembang yang benar dan bagus tidak ikut terdampak, serta memberi efek jera. (Teti Purwanti)
Sumber:
- Bank Syariah Diharap Ikut Fokus Salurkan KPR Subsidi
- Sibaru, Cara Baru Pemda Ajukan Program Perumahan
- Masa Transisi, Sipetruk Ditunda Hingga Akhir Tahun
- Insentif PPN Diperpanjang, Pasar Masih Ada Peluang
- Pusat Belanja, Hotel dan Hunian Paling Terdampak