ASPIRASI DAERAH

Pengembang Desak Pemprov DKI Gerak Cepat Beri Stimulus

Administrator | Rabu, 16 Desember 2020 - 09:21:48 WIB | dibaca: 404 pembaca

Ketua DPD Realestat Indonesia (REI) DKI Jakarta Arvin F. Iskandar

Hampir semua pengembang di Jabodetabek dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan penjualan. Meski pada akhir tahun 2019 sudah mulai membaik, namun kembali terpukul di kuartal II-2020 akibat dampak penyebaran pandemi Covid-19.

Ketua DPD Realestat Indonesia (REI) DKI Jakarta Arvin F. Iskandar menyebutkan pada tahun lalu sebetulnya pasar cukup berat. Tetapi pelaku usaha properti mayoritas menyebutkan penjualan produk propertinya di tahun 2019 sama atau bahkan lebih baik dari tahun sebelumnya. Begitu pun dari sisi regulasi dan dukungan pembiayaan sudah lebih baik.

Sementara di 2020, meski di awal tahun ini industri realestat digempur pandemi Covid-19, namun Arvin berharap berbagai stimulus yang diberikan pemerintah bisa dieksekusi pelaku usaha.

“Ya memang hampir semua subsektor realestat terdampak (pandemi). Okupansi hotel maksimum tinggal 15%-20% saja, demikian juga ritel. Beberapa anggota kami yang kesulitan sudah meminta rescheduling hutang ke perbankan. Namun, itu tidak gampang,” keluh Arvin dalam siaran persnya, baru-baru ini.

Khusus subsektor residensial, Arvin mendapat banyak laporan dari anggota REI DKI jika sekarang semakin banyak pengembang yang susah melakukan akad kredit terkait persyaratan perbankan. Beragam strategi untuk bertahan dilakukan, diantaranya menekan biaya operasional semaksimal mungkin, gimmick marketing, serta pemberian subsidi bunga oleh pengembang.

“Gerak cepat pemerintah sangat diperlukan untuk mempermudah perizinan. Kita tentu tidak berharap terjadi resesi. Pengembang harus kerja sangat keras untuk bisa bertahan,” ujar dia.

Beri Keringanan
Menurut Arvin, akibat pandemi kondisi sebagian besar anggota REI terutama di DKI Jakarta semakin melemah akibat penurunan aktivitas ekonomi. Tingkat penjualan drop, sementara biaya yang harus dikeluarkan tetap.

Oleh karena itu, kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Arvin berharap untuk bergerak menggairahkan bisnis realestat di ibukota dengan memberikan keringanan pajak hotel dan restoran dalam menghadapi pandemi virus corona.

Beberapa permintaan REI DKI Jakarta diantaranya adalah pemberian diskon 50% untuk Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun 2019, penundaan kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) 2020-2021 tanpa denda, potongan pajak reklame 50%, dan PPh + pajak hotel tidak diberlakukan karena selama 5 bulan banyak hotel dan bisnis ritel yang tutup tidak operasional. Tidak hanya itu, Arvin juga minta tarif PLN dan gas diberikan diskon.

“Kami meminta otoritas berwenang mempertimbangkan stimulus agar jangan sampai pengembang mengalami kesulitan untuk membayar kredit. Beri kami ruang gerak dulu, minimum sampai akhir tahun,” harap Arvin.

Survei Penjualan
Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Riset dan Hubungan Luar Negeri DPD REI DKI Jakarta, Chandra Rambey mengungkapkan berdasarkan survei yang dilakukan pihaknya, penurunan daya beli masyarakat menjadi pemicu penurunan kinerja penjualan untuk semua sektor produk realestat yang dikembangkan.

Sebanyak 62,7% berpendapat faktor yang paling mempengaruhi penjualan realestat tahun 2019 adalah menurunnya daya beli masyarakat.

Data ini agak berbeda dengan riset REI DKI Jakarta sebelumnya dimana tingginya persaingan menjadi faktor utama penurunan penjualan, namun pada riset REI DKI Jakarta 2020 hanya 34,7% berpendapat tingginya persaingan diantara pengembang menjadi faktor penyebab turunnya penjualan.

Disisi pembiayaan, perbankan masih menjadi sumber pembiayaan yang paling banyak digunakan baik untuk kredit investasi dan KPR.

Sedangkan dalam hal jenis produk, sebanyak 52% responden menyatakan bahwa realestat yang paling menarik untuk dikembangkan saat ini adalah perumahan menengah dan atas. (Rinaldi)

Sumber: