RESENSI

“Sebutir Telur Bebek dari Tambakboyo”

Jejak Soekardjo Hardjosoewirjo di Taman Impian Jaya Ancol

Administrator | Selasa, 29 Januari 2019 - 14:14:08 WIB | dibaca: 1412 pembaca

Foto: Istimewa

Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) sungguh banyak melahirkan putra-putri terbaik bangsa Indonesia, khususnya di bidang realestat. Ide, inovasi dan terobosan berani yang dilakukan kader-kader REI telah menghadirkan banyak sekali karya besar yang dapat dinikmati masyarakat.

Salah satunya kader terbaik REI di pentas nasional adalah Soekardjo Hardjosoewirjo. Beliau adalah Ketua Umum DPP REI masa bakti 1977-1983 atau selama dua periode, menggantikan Ir Ciputra yang merupakan Ketua Umum DPP REI yang pertama.

Pak Kardjo, demikian sosok yang telah wafat pada 2015 itu sering disapa adalah salah satu perintis dan legenda Taman Impian Jaya Ancol. Bersama seniornya Ir Ciputra, dia menjadi tokoh penting dibalik modernisasi kawasan Ancol dari semula dikenal sebagai rawa sepi yang sering dijuluki masyarakat sebagai “tempat jin buang anak” menjadi sebuah pusat rekreasi, hiburan dan properti terbesar di Tanah Air.

Buku Jejak Soekardjo Hardjosoewirjo di Taman Jaya Ancol terbitan Penerbit Buku Kompas ini mengulas lengkap dan detail petualangan seorang Soekardjo. Dari kisah mas kecilnya di sebuah desa kecil yang miskin, perjuangan mencari pekerjaan usai lulus kuliah di Universitas Gajah Mada, hingga nanti keberaniannya menghadap Gubernur DKI saat itu dengan memakai celana dan sepatu basah karena diguyur hujan di tengah perjalanan.

Suka duka, manis getir perjalanan hidup anggota DPR RI dua periode itu dialur dengan ringan oleh dua penulis yakni Sugianto Sastrosoemarto dan Budiono. Membawa kita kepada satu tekad, keberanian dan perjuangan meraih kehidupan yang berarti bagi orang banyak.

Soekardjo Hardjosoewirjo dilahirkan di sebuah desa terpencil dan miskin, Tambakboyo, Ngawi. Sebuah desa yang terletak di di lereng Gunung Lawu yang dikenal dengan desa dongeng, itulah sebabnya dia menambahkan di dalam buku tersebut kalimat ‘Sebutir Telur Bebek Dari Tambakboyo’. Makna dari kata-kata tersebut adalah bagaimana seseorang tetap memegang teguh ajaran dan teladan yang telah diwariskan nenek moyang. Juga sebuah kejujuran darimana sebenarnya diri kita berasal.

Kembali ke kiprahnya sebagai sosok penting dalam mengembangkan Taman Impian Jaya Ancol, diceritakan bahwa proyek ini merupakan bagian dari modernisasi Jakarta sebagai Ibukota negara Indonesia. Saat itu, ungkap Soekardjo, dia hanya dibekali sepucuk kertas ukuran kecil, tetapi sepucuk surat itulah yang membuat Taman Impian Ancol terwujud.

Sebagai sarjana hukum, Pak Kardjo diberikan tugas untuk mempersiapkan SK Presiden RI mengenai Panitia Pembangunan Proyek Ancol. Tugas itu bukanlah tugas ringan, dimulai dengan keterbatasan alat transportasi menuju Ancol hingga banyaknya suara negatif dari beberapa orang di sekitarnya yang meremehkan kualitas beliau. Tetapi semua dilewatinya dengan sabar dan tekun.

Awal-awal merintis di Ancol, dia dihadapkan pada kendala dana sehingga dia memutar otak lebih keras untuk dapat memperoleh dana untuk pembangunan tersebut, mengingat Pemda DKI tidak mampu mendanai proyek ini dengan anggaran daerah. Akhirnya, didapatkan solusi dengan menjalin kerjasama dengan kontraktor dari Perancis, Compagnic Industriale de Travaux yang kemudian membangun Taman Impian Jaya Ancol.

Pak Kardjo, adalah seorang yang gigih, jujur, disiplin dan suka membantu orang lain yang sedang kesusahan, salah satu bentuk dari kemuliaan hatinya adalah dengan membangun sebuah pesantren di Bogor, Jawa Barat. Dalam kiprahnya membangun Jakarta, dia pun menoreh sejarah dengan keberhasilan membangun Taman Mini Indonesia Indah (TMII) atas permintaan Ibu Tien Soeharto, dan juga Pekan Raya Jakarta (PRJ).

Membaca buku ini kita semua akan menemukan sisi-sisi kehidupan Pak Kardjo yang layak diteladani generasi muda sekarang, khususnya pengembang anggota REI di seluruh Indonesia. Beliau adalah senior di industri properti nasional sekaligus Ketua Umum DPP REI selama dua periode. Selalu berusaha menjaga kepercayaan yang diberikan orang, bekerja keras hingga tuntas, jujur dan loyal adalah rahasia kisah sukses hidup anak desa miskin di pelosok Ngawi. (Rinaldi)