RESENSI

DISRUPTION

Administrator | Rabu, 07 Maret 2018 - 10:48:57 WIB | dibaca: 1625 pembaca

Penulis: Rhenald Kasali Ph.D
Isi : 469 Halaman
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, 2017
ISBN : 978-602-03-3868-2

Buku ini merupakan buku terbaru dari Rhenald Kasali Ph.D, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang membahas khusus tentang Disruption, sebuah kata yang tiba-tiba ngetren dan ramai diperbincangkan di dunia terutama di Indonesia.

Di dalam buku setebal 469 halaman ini, Rhenald dengan bahasa dan istilah yang mudah dipahami memaparkan bagaimana kini dunia sedang menyaksikan runtuhnya perusahaan besar–para pemilik brand yang sepuluh hingga tiga puluh tahun lalu begitu mempesona dan berkibar, namun kini tumbang. Dalam bisnis global dia memberi contoh bagaimana Nokia dan Kodak yang dahulu merajai pasar sekarang harus rela disalip banyak merek pendatang baru yang muncul lebih inovatif.

Atau di dalam bisnis layanan taksi dimana saat ini banyak brand ternama dunia seperti black cab di London, yellow cab di New York, atau blue cab di Jakarta yang sempoyongan karena “diserbu” layanan taksi yang tidak terlihat warnanya tetapi berseliweran mengangkut penumpang yang dulu adalah pelanggan taksi bermerek tersohor tersebut. Hal serupa juga sedang terjadi di bisnis maritim, yang mengakibatkan raksasa shipping lines seperti Hanjin Shipping dan Mitsui OSK Lines tersungkur.

Sebaliknya, Djakarta Lloyd yang sudah divonis mati tiba-tiba bangkit dan hidup kembali dengan tampil tak terlihat pula, dimana untuk mengangkut kargo tidak harus dengan kapal milik sendiri dengan nama atau merek perusahaan terpasang di badan kapal. Namun setiap kapal yang berada paling dekat dengan permintaan dapat “diperintahkan” untuk mengangkut kargo. Langkah ini mampu menekan biaya angkutan menjadi lebih murah, dan mempercepat kebangkitan perusahaan ini.

Begitulah, kenyataannya hampir semua industri tengah bertarung menghadapi lawan-lawan baru yang masuk tanpa mengikuti pola yang selama ini kita kenal. Mereka bahkan tidak terlihat, tiba-tiba terjadi perubahan yang sedemikian besar. Tanpa diduga apalagi terdeteksi oleh incumbent, mereka telah menembus masuk ke rumah-rumah konsumen, dari pintu ke pintu, secara online melalui smart phone. Industri lama pun terdisrupsi, beberapa tidak siap dan mungkin terpaksa menyerah.

Menurut Rhenald, disrupsi terjadi karena banyak pelaku bisnis terbelenggu oleh pola pikir lama sehingga sulit menerima fakta-fakta dan cara-cara baru. Kita menyangkal dunia digital (deception) sehingga ketika dihadapkan pada pertempuran menghadapi lawan-lawan yang tidak terlihat itu, semuanya tidak siap. Akibatnya kita terperosok dalam “lubang” disruption. Terlebih kalau juga harus menghadapi lawan internal yang justru menolak perubahan.

Yah, sejatinya musuh disruption yang sesungguhnya berada di luar, yaitu perusahaan lain atau bangsa lain. Namun, justru tidak sedikit yang mesti berhadapan atau bertarung dengan rekan kerja sendiri, pemilik modal atau dengan adik sendiri tatkala ingin memperjuangkan cara bisnis yang berbeda. Rhenald mengingatkan untuk tidak meremehkan pertempuran internal, karena pertikaian di dalam sungguh tidak menguntungkan.

Solusi menghadapi distruption, kata Rhenald, tidak cukup hanya dengan motivasi. Yang diperlukan adalah strategi untuk membaca “where we are” dan “where we are going to”.

Buku ini sangat pantas dibaca oleh para pengusaha, eksekutif, aparatur sipil negara, abdi masyarakat, penggiat sosial, guru, wartawan, dan orang tua untuk mencegah kegagalan dalam melangkah di tengah pusaran perubahan zaman. Kesalahan dan kegagalan perlu dihindari supaya kita tidak kalah dan punah.

Selain memberikan banyak contoh-contoh, di buku yang asyik dibaca ini Rhenald juga memberikan panduan bagaimana seharusnya disrupsi dapat dilakukan, solusi dan bagaimana seharusnya incumbent bereaksi jika mengalami efek dari disrupsi tersebut. Yang jelas, ke depan kita semua masih akan menyimak dan menyaksikan kelanjutan pertarungan antara incumbent melawan disruptive startup. RIN