Berita

Transformasi Jadi Kota Industri, Pengembang Diajak Garap Karawang

Administrator | Kamis, 04 Agustus 2022 - 10:57:02 WIB | dibaca: 298 pembaca

Karawang – Pemerintah Kabupaten Karawang gencar menjalankan transformasi dari Kawasan Industri menjadi Kota Industri. Untuk itu, pengembang ditawari kolaborasi untuk membangun properti residensial untuk mendukung transformasi Karawang sebagai Kota Industri.

”Kami berupaya mewujudkan Karawang bukan lagi sekadar Kawasan Industri akan tetapi Kota Industri. Pengembangan kawasan industri harus terintegrasi dengan fasilitas pendukung lainnya, seperti hunian dan kawasan bisnis,” kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Karawang, Eka Sanatha, dalam Diskusi bertajuk; “Menakar Prospek Properti Karawang Seiring Meningkatnya Realisasi Investasi di Kawasan Industri Terbesar di Asia Tenggara” di Resinda Hotel, Karawang, Rabu, 3 Agustus 2022.

Eka mengutarakan, pihaknya telah menyiapkan berbagai kemudahan perizinan dan pengembangan infrastruktur pendukung yang terintegrasi. Pengembang dapat mengembangkan Karawang menjadi kawasan bisnis dan komersial terpadu. “Sektor properti di Karawang sangat prospektif serta memiliki daya tarik investasi yang sangat kuat. Khususnya bagi sektor industri,” ujarnya.

Terlebih, kota ini memiliki fasilitas serta infrastruktur kelas dunia yang memudahkan akses dari dan menuju ke kawasan itu. ”Konektivitasnya sangat tinggi. Contohnya, akses tol Jakarta-Cikampek, Jakarta-Cikampek-Elevated (MBZ), Jalan Tol Jakarta-Cikampek II, dan Jalan Tol Lingkar Luar II Sentul-Karawang Barat yang progress pembangunannya terus berjalan,” papar Eka.

Selain itu, Karawang juga dekat dengan Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Patimban dengan jarak masing-masing 70 kilometer. Lalu, akses Bandara Soekarno-Hatta dengan jarak 90 kilometer dan Bandara Kertajati 122 kilometer.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 2013, rencananya, akan dibangun Bandara Soekarno-Hatta II di Karawang.

Akses transportasi lainnya adalah rel kereta yakni Stasiun Karawang, Stasiun Cikampek, dan Transit Oriented Development (TOD) Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Keunikan lainnya dari Karawang yang belum banyak diketahui publik, kata Eka, adanya transportasi masal peninggalan Belanda yang menghubungkan antar Kecamatan di Karawang ke Rengasdengklok-Rawa Merta-Cikampek-Cilamaya.

Eka menegaskan, wilayahnya sangat prospektif untuk kawasan bisnis dan komersial. Untuk itu, pihaknya mengundang lebih banyak pengembang properti untuk berkolaborasi membangun Karawang yang lebih modern dan lebih layak huni. ”APBD kita jujur saja hanya Rp 4,8 triliun. Relatif kecil dibandingkan investasi yang masuk ke Karawang senilai Rp 30 triliun. Tidak mungkin kami membangun sendiri, sehingga butuh dukungan pelaku usaha swasta,” tuturnya.

Bangun CBD
Sejauh ini, kata Eka, Pemkab Karawang sudah menjalankan pola kolaborasi dengan beberapa perusahaan pengembang properti besar seperti PT Summarecon Agung Tbk dan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN).

”Misalnya saja, APLN di salah satu proyek propertinya di Karawang. Mereka menyediakan lahan untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial (fasum dan fasos) berupa SPAM (Sistem Pengelolaan Air Minum). Kami belum bisa siapkan (lahannya). Tapi pengembangnya yang lebih dulu membantu menyediakan. Nah seperti itu yang memang kami butuhkan,” ucap Eka.

Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna mengatakan, untuk dapat menarik minat kaum urban dari kelas menengah atas, Karawang harus memiliki central business district (CBD). “Karawang harus naik kelas. Saya yakin kota ini bisa memiliki CBD. Pemkab Karawang silakan ajak pengembang besar. Misalnya itu ada Agung Podomoro Land yang sedang mengembangkan properti kawasan,” ucap Yayat.

Menurut Yayat, kehadiran CBD menjadi sebuah keniscayaan guna mendukung transformasi Karawang menjadi Kota Industri. Terlebih kehadirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat secara jangka panjang.

”Kita ketahui bahwa Ibu Kota Negara akan pindah. Tidak tertutup kemungkinan pemilik pabrik di Karawang yang kantornya saat ini di Jakarta, pindah ke Karawang ketika  sudah siap dengan CBD-nya,” Yayat meyakinkan.

Setelah hal tersebut terjadi, profil pekerja di Karawang semakin meningkat. Semakin banyak juga tenaga kerja asing yang berkantor di Karawang untuk kemudian mendorong peningkatan permintaan properti dan kawasan bisnis.

Basis High-Tech Industri
Pengamat Properti dari Colliers Indonesia, Ferry Salanto meyakini, prospek properti di Karawang sangat positif dan berlangsung secara jangka panjang. ”Apalagi investasi yang terjadi baru-baru ini adalah dari industri high-tech seperti data center dan kendaraan listrik. Ini akan meningkatkan profil pasar serta sustainabilitas industri di Karawang karena banyak yang berkaitan dengan teknologi masa depan,” ungkapnya.

Ketua Dewan Pengurus Daerah Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (DPD REI) Jawa Barat, Joko Suranto mengatakan, pengembangan kawasan industri memang harus diimbangi dengan penyediaan perumahan. Pasalnya, ketersediaan residensial yang terintegrasi dengan kawasan industri bakal meningkatkan kesejahteraan penduduk.

”Idealnya, kawasan industri harus terintegrasi dengan kawasan hunian. Tujuannya antara lain  mengurangi kemacetan, menciptakan kenyamanan kerja, dan menciptakan efisiensi sehingga menciptakan multiplier effect yang luas dan positif,” tutup Joko. (BRN)


Sumber: