PAMERAN

Tiga Masalah Ini Jadi Ancaman Industri Properti

Administrator | Senin, 25 Februari 2019 - 13:38:30 WIB | dibaca: 7620 pembaca

Dalam tiga tahun terakhir, semua orang tahu bahwa pasar properti sedang slow down. Ditandai dengan penurunan penjualan hampir semua pengembang, termasuk developer kelas atas nasional. Kondisi itu diprediksi tidak akan terlalu banyak berubah. Namun pelaku usaha properti diyakini mampu bertahan dan survive.

Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata mengatakan dirinya mendapat informasi dari 10 developer besar yang mencatatkan sahamnya di bursa (emiten) selama periode 2014-2017 mengalami penurunan penjualan menjadi hanya tinggal 70% dari realisasi pada tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ke depan, diakui Eman, belum tentu lebih baik.

“Orang bilang ini karena faktor siklus, tapi saya kira memang dalam titik ini kondisi ekonomi dunia mulai jenuh sehingga geraknya slow. Sedangkan di dalam negeri harga-harga properti di beberapa lokasi juga sudah berada di titik puncak. Jadi banyak penyebabnya, termasuk pandangan orang terhadap properti yang juga sudah berubah. Ada disruption termasuk perubahan gaya hidup masyarakat,” kata Eman, saat membuka Property Inside Expo 2018 di Menara Bidakara, Pancoran, Jakarta, Senin (17/9/2018).

Bahkan akhir-akhir ini, sektor properti mendapat hantaman yang lebih kuat, baik dari sisi supply, demand maupun kebijakan. Ada kebijakan proteksi yang dilakukan Amerika Serikat (AS), kemudian The Fed juga menaikkan bunga acuan sehingga dollar AS kesedot ke negara tersebut. Efeknya, ada dua hantaman yang terjadi di industri properti.

Dari sisi demand (permintaan), orang lebih senang berinvestasi dollar AS daripada properti, karena lebih cepat meraih gain. Sementara di sisi suplai atau pasokan, harga-harga material dan teknologi khususnya untuk apartemen mulai merangsek naik, karena bahannya sebagian besar masih harus diimpor. Dari sisi kebijakan, saat ini kemudahan perizinan belum terasa. Bahkan Eman melihat sendiri banyak investor yang ingin berinvestasi properti mundur akibat perizinan yang berteletele.

“Jadi ada hantaman dari tiga sisi sekaligus, belum lagi tekanan dari sektor perbankan,” tegas dia.

Kebijakan perbankan juga akan memukul industri properti nasional. Karena saat ini bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga, maka secara psikologis suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) akan menyusul naik, dan diikuti oleh bank-bank yang akan menaikkan bunga kredit konstruksi dan KPR. Kalau ini terjadi, kata Eman, maka akan menjadi hantaman keempat untuk industri properti.

“REI sudah berbicara dan meminta kepada Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pak Wimboh Santoso supaya kenaikan bunga KPR dan kredit konstruksi supaya tidak terjadi. Bank kami harapkan dapat menahan diri, karena kondisi pasar saat ini sedang lesu,” ujar dia.

Memberi Semangat
Meski kondisi pasar properti secara umum masih kurang menggembirakan, namun Eman menegaskan pengembang harus tetap berkreasi. Kelesuan memang terjadi di hampir segmen, namun dia selalu percaya bahwa property is never ending story. Jadi, kebutuhan properti itu tidak pernah akan selesai. Kenapa?

Karena faktanya, berdasarkan data BPS, di Indonesia ada persentase kelahiran sekitar 1,2 persen per tahun. Artinya ada 3 juta bayi lahir setiap tahun yang akan membutuhkan rumah atau properti. Ini, ungkap Eman, adalah potensi besar namun belum semua orang aware soal potensi tersebut. 

Eman yakin pengembang nasional mampu survive di tengah kondisi saat ini dengan terus membangun dan memasarkan produknya. “Itulah kenapa saya selalu usahakan datang ke pameran-pameran seperti ini untuk memberi semangat kepada pengembang melewati masa-masa lesu seperti sekaran ini,” kata Eman.

Gelaran acara Property Inside Expo 2018 yang dibuka Ketua Umum DPP REI Soelaeman Soemawinata ini berlangsung selama 5 hari dari 17- 21 September 2018 diikuti 11 developer dengan produk beragam mulai dari landed house dan vertikal milik developer papan atas.

Kegiatan expo ini diawali dengan talkshow bertemakan “Millenial, Digital Marketing, First Home Buyer and First Time Investor” dengan narasumber para praktisi dan pelaku properti. (Rinaldi)