RISET

Tertahan Omicron, Pasokan Hotel di Jakarta Masih Minim

Administrator | Kamis, 11 Agustus 2022 - 11:22:42 WIB | dibaca: 179 pembaca

Foto: Istimewa

Masa depan industri perhotelan di Tanah Air tampaknya masih akan tertahan menunggu pemulihan aktivitas bisnis dan pariwisata akibat dampak pandemi covid-19. Di Jakarta, pasokan masih minim, sementara tingkat hunian trennya meningkat di akhir tahun lalu.

Marketbeat Hotel Jakarta semester II-2021 yang dirilis konsultan properti Cushman & Wakefield Indonesia mengungkapkan bahwa merebaknya varian Omicron turut memperlambat laju pemulihan pasar perhotelan terutama di Jakarta.

“Peningkatan kasus Omicron Covid-19 di Jakarta yang mencapai 6.000 kasus per hari pada akhir Januari 2022 kemungkinan akan memperlambat laju pemulihan kinerja hotel, setidaknya sepanjang paruh pertama tahun ini,” ujar Director Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia, Arief Rahardjo dalam keterangannya, awal Februari lalu.

Selain itu, masih adanya pembatasan penerbangan internasional yang masuk ke Indonesia dan Jakarta sesuai dengan peraturan resmi dari IATA dan Kantor Imigrasi, membuat permintaan kamar hotel khususnya segmen hotel kelas atas hingga hotel mewah masih lunak dan menekan pertumbuhan Average Daily Rates (ADR).

Menurut Arief, dengan situasi pandemi yang masih berlanjut dan mematuhi peraturan Gugus Tugas Covid-19, maka operator hotel akan menentukan strategi pemasaran yang dapat meningkatkan RevPAR dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan bagi semua tamu yang menginap di hotel mereka.

Dari sisi pasokan, di Jakarta masih sangat terbatas. Di semester II-2021, ada tiga hotel yang mulai beroperasi dengan rincian satu hotel bintang 4, satu bintang 5, dan satu hotel mewah. Lokasinya di CBD dan Jakarta Barat.

“Pasokan dari tiga hotel baru tersebut menambah 544 kamar hotel di Jakarta. Dengan tambahan pasokan sebesar 1,3% (year on year/yoy) tersebut, maka total pasokan kamar kumulatif di Jakarta capai 41.724 kamar hotel,” rinci Arief.

Tingkat hunian (okupansi) rata-rata hotel di Jakarta mengalami peningkatan tahunan dari 12% menjadi 17% setelah sempat lesu sejak merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia pada Maret 2020.

Dikatakan, pelonggaran PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) dan penurunan total kasus positif Covid-19 telah meningkatkan rata-rata tingkat hunian bulanan pada Desember 2021 menjadi 76%, jauh melebihi rata-rata tingkat hunian pada bulan yang sama tahun 2019 sebesar 61%.

“Selain ditopang oleh mulai aktifnya pertemuan rapat korporasi maupun pemerintah, kenaikan tingkat hunian dalam beberapa bulan terakhir tahun 2021 juga disumbang kegiatan karantina untuk orang yang baru tiba dari luar negeri,” papar Arief.

Sementara tarif kamar hotel di Jakarta masih tertekan. Tarif harian rata-rata (ADR) hotel di Jakarta di 2021 bahkan lebih rendah 1,7% dari tahun sebelumnya. Tamu bisnis asing yang masih terbatas membuat hotel bintang 4 dan bintang 5 mengalami penurunan ADR yang paling besar pada tahun lalu. 

Harapan Bangkit
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menaruh harapan pada tahun ini akan terjadi peningkatan okupansi hotel. Selain ketat dalam penerapan protokol kesehatan, PHRI juga gencar mengembangkan paket repatriasi untuk menaikkan okupansi hotel.

“Di 2022, PHRI melihat event-event khususnya KTT G20, MotoGP dan lainnya akan menjadi pendongkrak industri properti khususnya di Bali dan Lombok,” kata Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran dalam sebuah webinar, baru-baru ini.

Dikatakan, okupansi akan lebih tinggi dari sebelumnya karena saat event international akan banyak tamu-tamu asing khususnya anggota delegasi negara anggota G20. Demikian juga di sekitar Sirkuit Mandalika, hotel-hotel akan mendapat kunjungan tamu yang signifikan terutama dari peminat MotoGP.

Selain itu, di 2022 yang cukup menjanjikan dan bisa diharapkan untuk menggenjot okupansi hotel adalah kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhbition (MICE) khususnya berbagai event acara pemerintah baik kementerian/lembaga (KL) maupun pemerintah daerah.

Setiap awal dan akhir tahun, sebelum pandemi banyak KL yang mengadakan acara seperti Bali, Yogyakarta, Solo, Toraja dan lainlain. Kondisi itu sangat membantu hotel-hotel milik anggota PHRI.

Maulana menyebutkan, melandainya kasus Covid-19 pada kuartal III-2021 menjadi angin segar bagi bisnis perhotelan. Tingkat hunian kamar meningkat hingga 50-60 persen, dan kegiatan pertemuan tatap muka mulai meramaikan ruang hotel termasuk kegiatan MICE.

“Pada 2020 yang baru tumbuh pasar leisure, sedangkan pasar MICE beralih ke virtual. Pada 2021, keduanya sudah bergerak,” kata Maulana Yusran.

Diakui, sejak 2021 bisnis hotel yang telah menunjukkan grafik positif meski masih dibayangi varian baru Covid-19 yakni Omicron yang telah masuk ke Indonesia.

Maulana berharap tidak ada lonjakan kasus Covid-19 lagi karena akan menganggu pemulihan sektor pariwisata dan perhotelan. (Rinaldi)


Sumber: