ISU GLOBAL

Tahun Ini Properti Australia Diprediksi Makin Cerah

Administrator | Senin, 13 Mei 2019 - 11:10:32 WIB | dibaca: 796 pembaca

Foto: Istimewa

Tingkat suku bunga yang stabil, pertumbuhan lapangan pekerjaan, kekuatan ekonomi, dan pasokan hunian baru yang terbatas akan memastikan keyakinan pembeli yang mendorong pertumbuhan di pasar properti Australia.

Kalangan pengembang di Australia meyakini kepercayaan pasar properti di negeri tersebut akan kembali tumbuh pada 2019 karena faktor ekonomi yang mendasari masih kuat.

“Tahun ini kami melihat bangkitnya kepercayaan terhadap pasar properti di Australia. Semua hal fundamental yang dibutuhkan ada sehingga mampu menopang pertumbuhan dan para pembeli bisa melihat masa depan yang cerah,” ungkap Komisaris dan CEO Crown Group Iwan Sunito di Jakarta, baru-baru ini.

Faktor pertama adalah ekonomi Australia masih sangat kuat, dimana berdasarkan data AUSTRADE pada September 2018 Australia memegang rekor dunia untuk pertumbuhan ekonomi yang konsisten selama 28 tahun dengan rata-rata sekitar 3% per tahun.

Kemudian daya beli di Australia juga masih sangat kuat, ditambah dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan yang cukup cerah. Tingkat pengangguran berada pada tingkat terendah dalam sejarah atau sebesar 5%.

“Australia sudah bersiap untuk melihat kenaikan pendapatan yang cukup signifikan guna mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang meningkat secara konsisten selama hampir tiga dekade,” jelas Iwan, pengusaha properti Australia namun kelahiran Indonesia.

Kondisi tersebut, ujar dia, akan meningkatkan daya beli yang lebih besar. Suku bunga berada pada level terendah yang pernah ada, dengan Reserve Bank yang menetapkan suku bunga sebesar 1,5% pada Februari 2019 dan inflasi tetap rendah dan stabil pada kisaran 1,8 %.

Iwan juga mengatakan bahwa Crown Group telah mengembangkan proyek-proyek hunian apartemen kelas atas di Sydney selama 22 tahun dan telah menyaksikan biaya pengembangan yang meningkat dari tahun ke tahun, tanpa ada tanda-tanda akan segera berkurang.

“Ini akan menekan harga apartemen untuk terus naik. Biaya pinjaman untuk pengembang telah naik, biaya bahan bangunan meningkat dan waktu untuk memulai proyek off the ground lebih lambat. Diperlukan waktu lebih lama untuk memenuhi permintaan presales yang dibutuhkan bank, yang menambah tekanan pada keseluruhan biaya,” tambah Iwan.

Selain itu, keterbatasan lahan yang tersedia di kota-kota utama Australia untuk proyek-proyek pembangunan, juga membantu memperketat pasokan. Sebagai hasilnya, Iwan berharap akan ada kenaikan harga apartemen pada 2019.

Head of Major Project Sales Crown Indonesia, Herman Suwito, mengatakan Australia adalah negara yang memiliki ekonomi yang stabil. Bagi investor, kondisi saat ini merupakan peluang untuk melakukan investasi yang dapat “berbuah” dalam jangka panjang.

“Melihat kondisi ekonomi Australia yang relatif stabil dan kemampuan daya belinya, kita akan melihat pasar properti Australia tumbuh pada tahun 2019,” ujar dia.

Crown Group sedang menyelesaikan empat proyek apartemen utama di Sydney yakni Infinity by Crown Group, Waterfall by Crown Group, Eastlakes Live by Crown Group dan Mastery by Crown Group. Selain akan mulai mengembangkan proyek-proyek terbarunya di Brisbane, Melbourne, Los Angeles dan Jakarta.

Incaran Investor Asing
Investasi properti di Australia menjadi pasar menggiurkan untuk para investor. Saat ini, banyak investor asing yang memiliki hunian di Australia. Hasil Human Development Index terbaru yang dikeluarkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) menunjukkan, Australia adalah negara nomor dua yang paling banyak ingin ditinggali di Dunia.

Head of Sales Crown Group Indonesia, Elis Sumarto mengatakan, properti Australia akan tetap menarik bagi para investor asal Indonesia. Alasannya, pasar properti di Australia yang memiliki permintaan serta daya beli yang kuat sehingga menjadi magnet tersendiri untuk para investor.

“Selain itu, Dolar Australia yang lebih rendah serta pertumbuhan harga properti di negara yang stabil, mendorong arus masuk para pembeli properti asal luar negeri,” ujar Elis.

Diungkapkan, Sydney menjadi kota dengan pasar properti terkuat di Australia. Selain itu, Sydney juga dikenal sebagai pusat pendidikan. Dimana 30% dari total pelajar asing yang masuk ke Australia memilih Sydney sebagai tujuan utamanya.

Harga Rumah Melemah
Sementara itu, merujuk yang dirilis oleh CareLogic, harga rumah di Australia sepanjang 2018 memang mengalami pelemahan. Indeks harga properti untuk bulan Desember turun ke level 1,8% dalam basis bulanan, dan melemah hingga ke 2,3% dalam basis kuartalan. Penurunan secara kuartal tersebut merupakan yang terburuk sejak 2008.

Menurut perhitungan data CareLogic, harga rumah Australia terus melemah dalam 15 bulan terakhir, dengan penurunan paling signifikan terjadi pada kota Sydney dan Melborne. Padahal, dua kota tersebut merupakan pangsa pasar properti terbesar.

Sejak 2015, regulator telah membatasi secara ketat pemberian pinjaman berisiko oleh bank, terutama untuk pinjaman dengan bunga saja (interest-only loans). Sementara itu, skandal properti yang saat ini masih dalam penyelidikan, menambah kewaspadaan investor sehingga menurunkan minat terhadap sektor properti.

“Akses masyarakat ke kredit pinjaman telah menjadi faktor paling signifikan yang mempengaruhi minat investor dan membebani sektor properti Australia di sepanjang 2018,” kata Tim Lawless, Kepala Peneliti di CoreLogic.

Menyikapi kondisi yang terus memburuk tersebut, regulator Australia telah melonggarkan batasan-batasan pinjaman di awal 2019. Langkah ini diharapkan dapat mendorong kembali minat investor. (Rinaldi)