ISU PASAR

Situasi Tak Kondusif, Pengembang Tunda Peluncuran Mall Baru

Administrator | Selasa, 13 Oktober 2020 - 14:51:16 WIB | dibaca: 700 pembaca

Foto: Istimewa

Selain bisnis perhotelan, subsektor pusat perbelanjaan menjadi bisnis kedua yang paling terimbas dengan merebaknya wabah virus corona atau covid-19. Tidak hanya menganggu operasional mall-mall yang sudah ada, isu corona bahkan berdampak terhadap penundaan operasional sejumlah mall baru yang seharusnya dilakukan pada 2020.

Senior Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, dalam paparan properti virtual di Jakarta memprediksi akibat corona, jadwal mall-mall baru untuk beroperasi bisa mundur. Sebab, jika wabah belum teratasi dalam waktu dekat, bisa jadi akan menggangu ketersediaan material bangunan dan isu keselamatan pekerja.

“Imbasnya akan ada keterlambatan pekerjaan konstruksi dan mungkin sekali penundaan jadwal beroperasi. Terutama untuk mall-mall yang diperkirakan beroperasi setelah tahun 2020,” ungkap Ferry di Jakarta, baru-baru ini.

Berdasarkan data, ada sebanyak 11 proyek mall baru yang sedang dikerjakan dan ditargetkan beroperasi pada 2020. Sebanyak 7 proyek diantaranya berada di luar Jakarta. Sedangkan sisanya berlokasi di Jabodetabek.

Pasokan mall baru di Jakarta yang sedang dibangun itu menyasar kelas menengah atas. Segmen ini mencakup 60 persen dari sekitar 18 pusat perbelanjaan baru yang sedang dibangun hingga 2022. Mayoritas lokasinya ada di Jakarta Utara.

Director and Head of Research Savills Indonesia Anton Sitorus memperkirakan proyek-proyek mall tersebut seharusnya sudah masuk ke pasar pada awal 2020.

“Meski sejumlah raksasa ritel gulung tikar, pengembang pusat perbelanjaan terus memacu ekspansi, khususnya di Jakarta. Namun penyebaran Covid-19 turut menganggu peluncurannya,” kata Anton.

Seperti diketahui, sejak Maret 2020 sejumlah mall di Jabodetabek memutuskan menutup untuk sementara operasional menyusul merebaknya virus corona Covid-19 di Indonesia. Sebagian lain memilih mengurangi jam operasional mall. Langkah ini guna mendukung imbauan pemerintah untuk menghindari adanya kerumunan orang sehingga memutus mata rantai penyebaran pendemi tersebut.

Anton membocorkan, beberapa proyek mall yang seharusnya diluncurkan pada 2020 dua diantaranya berlokasi di area SCBD yakni D8 dan Elysee, dan satu mall lain berlokasi di area Senayan, Spark. 

Tingkat Hunian Anjlok
Riset Colliers International menambahkan bahwa tingkat hunian mall terus menurun sejak 2019. Pada kuartal I-2019 turun hingga 85 persen, sedangkan pada akhir 2019 turun hingga 80 persen. Kalau virus corona ini berkepanjangan, maka diprediksi tingkat hunian pada akhir 2020 akan terpuruk hingga level 75 persen.

Oleh karena itu, Colliers memprediksi sebagian besar retailer akan lebih konservatif dengan rencana ekspansi. Menutup toko dapat menjadi pilihan untuk membantu menyehatkan keuangan mereka.

“Namun untuk menyelamatkan pasar, pengembang atau pengelola bisa memberikan periode bebas sewa, yang akan dibayar kembali oleh retailer pada akhir masa sewa,” saran Ferry.

Sementara tarif sewa mall, di Jakarta masih konsisten pada harga Rp 600 ribu per meter persegi setiap bulann sementara di Bodetabek Rp 400 ribu per meter persegi. Meski harga bisa stabil, proyek ritel baru diprediksi Ferry akan kesulitan menyewakan ruang. Akibatnya harga sewa akan tertekan.

Sementara itu, beberapa pemilik mall, termasuk mall baru, masih akan menahan harga sewa, namun memberikan potongan harga untuk mendorong komitmen sewa.

“Harus ada diskusi dari pihak pengembang, pengecer, bank, dan pemangku kepentingan lainnya untuk solusi terutama masalah sewa. Pengecer besar juga harus fleksibel terhadap pemilik mall dengan menghormati komitmen sewa yang telah disepakati,” jelas Ferry.

Menurut Kepala Badan Riset DPP REI itu, penyewa akan lebih konservatif dalam membuka cabang. Akan ada juga peritel yang tutup sementara sampai kondisi keuangan membaik. Tahun ini pun, diperkirakan tidak banyak outlet atau toko baru yang akan buka. Semua pihak menahan diri hingga wabah corona mereda.

Sejumlah pemilik mall dikabarkan sudah mendapatkan surat permohonan untuk menunda pembayaran sewa dan situasi seperti ini bisa berakibat kurang baik kepada pemilik mall karena mereka juga punya kewajiban keuangan yang berkenaan dengan investasi. Tidak heran kalau sekarang banyak pengelola mall yang meminta relaksasi dari pemerintah berkaitan dengan pajak dan juga tarif listrik.

Minta Keringanan
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menjelaskan pihaknya masih berupaya mendapat berbagai keringanan dari pemerintah lantaran sebagian pusat perbelanjaan atau mal kini masih beroperasi.

Permintaan tersebut telah disampaikan kepada pemerintah, dalam hal ini kepada Kementerian Perdagangan melalui surat pada 6 April 2020. Dalam surat tersebut, APPBI meminta adanya penghapusan atau setidaknya diberi keringanan pada beberapa hal yang dianggap sebagai beban biaya.

Pertama, terkait pengurangan tarif listrik dan penghapusan sementara atas ketentuan pemakaian minimum konsumsi listrik. Berikutnya, pengurangan tarif gas dan penghapusan sementara atas ketentuan pemakaian minimum konsumsi gas.

APPBI juga meminta keringanan atas beban pajak, seperti PPh Final atas Sewa, Service Charge dan Penggantian Uang Listrik, PPh 21 Pajak Penghaslan Karyawan, PPh Pasal 23, PPh Pasal 25, PPN atas Cicilan Sewa, Service Charge dan Penggantian Uang Listrik, serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Terakhir, yakni permohonan terkait pinjaman modal. APPBI usul penundaan sementara atau penjadwalan ulang pembayaran angsuran/cicilan pengembalian pinjaman, serta penghapusan sementara atau pengurangan suku bunga pinjaman. (Teti Purwanti)