FIABCI

Seru, Pelaku Properti Dunia Ikut Bahas IKN Baru Indonesia

Administrator | Rabu, 05 Januari 2022 - 14:42:24 WIB | dibaca: 426 pembaca

Foto: Istimewa

Rencana pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) baru Indonesia masih menjadi pro-kontra di dalam negeri. Namun perbincangan soal pusat pemerintahan baru indonesia ini, ternyata juga menarik perhatian dunia. Itu terjadi saat FIABCI (International Real Estate Federation) dari seluruh dunia membahasnya lewat sebuah webinar.

Jordi Ribo, FIABCI World President misalnya sangat mendukung rencana Indonesia tersebut. Meski begitu, menurut Ribo, Indonesia harus tetap percaya diri dan memindahkan ibukota dengan caracara yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat lokal.

“Kami sangat mendukung rencana ini, apalagi kalau pemindahan ibukota bisa menumbuhkan dan membangun sektor realestat ke arah yang lebih baik lagi,” kata Ribo dalam webinar “Relocating The Capital City of Indonesia: Impact, Opportunities and Challenges”, Kamis (19/8/2021).

Menurut Ribo, perpindahan ibukota negara adalah hal yang lumrah di dunia dan menjadi salah satu jalan untuk menyelamatkan dunia. Apalagi salah satu tujuan pemindahan ibukota biasanya untuk mengurangi kepadatan, sehingga daerah ibukota yang lama bisa lebih sehat dan bahkan menjadi kota yang berkelanjutan.

Budiarsa Sastrawinata, President of FIABCI Indonesia mengatakan salah satu yang membuat banyak orang mendukung pemindahan ibukota agar ekonomi bisa merata. Di Indonesia, selama ini ekonomi berpusat di Pulau Jawa, sehingga dengan pemindahan ibukota, diyakini ekonomi masyarakat akan lebih merata.

“Sebanyak 60% ekonomi berpusat di Jawa, relokasi ini dilakukan agar ekonomi merata. Tidak heran kalau pemerintah menyiapkan berbagai skema pendanaan agar banyak stakeholders berkontribusi di IKN baru,” jelas Budiarsa.

Apalagi, pemerintah percaya kalau pemindahan ibu kota ke lokasi baru di luar Pulau Jawa tidak akan memberikan dampak negatif terhadap perekonomian nasional. Justru akan memberikan efek positif yang disebabkan adanya penggunaan sumber daya potensial yang selama ini masih belum termanfaatkan.

Tak hanya itu, tambah Budiarsa, pemindahan ibu kota negara keluar Pulau Jawa juga tidak akan menyebabkan kontraksi ekonomi di wilayah lain jika lokasi alternatif ibu kota memiliki sumber daya yang memadai dan keterkaitan aktivitas ekonomi positif di wilayah lain.

Dia mengungkapkan pemerintah percaya kalau pemindahan ibu kota ke provinsi alternatif akan menyebabkan perekonomian lebih terdiversifikasi ke arah sektor yang lebih padat karya, sehingga dapat membantu untuk menurunkan kesenjangan antar kelompok pendapatan, baik di tingkat regional maupun di tingkat nasional.

Investasi Asing
Rusmin Lawin, Wakil Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) bidang Hubungan Luar Negeri percaya dengan pemindahan ibukota makin banyak negara yang ingin berinvetasi ke Indonesia. Meski begitu, dia mengungkapkan jika saat ini Indonesia tengah melakukan banyak kajian dan harus belajar pada banyak negara yang sudah lebih dahulu sukses memindahkan ibu kota.

“Tidak menutup kemungkinan banyak negara lain yang ingin berkontribusi dalam pembangunan dan kesuksesan pemindahan ibu kota negara baru Indonesia,” ujar Rusmin yang ditunjuk DPP REI untuk menjaring calon investor asing masuk berinvestasi di IKN baru di Kalimantan Timur.

Sementara itu, Fernando Nunes da Silva Ph.D. President of INTA (International Urban Development Association) sekaligus Professor pada jurusan Teknik Sipil, IST University of Lisbon, Portugal menjelaskan bahwa membangun sebuah kota tidak cukup hanya dengan membangun gedung-gedung maupun infrastruktur dan sebagainya. Namun juga harus membangun fungsi dan manfaat dari kota itu bagi penduduknya.

Hal ini terbukti dari beberapa kota di dunia yang pernah memindahkan ibukota lamanya ke wilayah baru dan akhirnya justru berakhir dengan kegagalan.

“Konsep pembangunan adalah kunci pembangunan ibukota baru agar nantinya kota tersebut bermanfaat bagi penduduknya sehingga tidak ditinggalkan,” sebut Fernando.

Di sisi lain, da Silva mengingatkan kalau tantangan pemindahan ibu kota saat ini juga bertambah dengan adanya pandemi Covid-19. Khusus Indonesia, menurutnya, pasti dinamika pemindahan ibu kota negara ini menjadi lebih besar dibandingkan dengan Australia misalnya. Sehingga da Silva mengingatkan agar Indonesia juga bisa memikirkan berbagai kemungkinan dan tantangan yang harus dihadapi dalam memindahkan ibukota negaranya.

Penuh Tantangan
Pembicara lainnya, Sofian Sibarani, Founder of URBAN+ pemenang Sayembara Desain Ibu Kota Negara baru dengan konsep “Nagara Rimba Nusa” menuturkan, meski direncanakan dengan matang, bukan berarti pembangunan ibu kota baru tersebut tidak memiliki tantangan.

Menurut arsitektur lulusan Institut Teknologi Bandung 1997 ini, sejumlah tantangan tersebut diantaranya sensitivitas lingkungan kota, waktu dan skala pembangunan, kondisi geologi, budget, serta masih dalam kondisi pandemi Covid-19 harus dihadapi dalam pemindahan ibu kota Indonesia.

“Tantangan ini diharapkan bukan menjadi sebagai penghambat namun semacam sinyal bahwa pembangunan ibukota baru harus dipersiapkan dengan lebih baik dan sempurna,” jelasnya.

Tidak berhenti di situ, tantangan seperti kompleksitas antara domain pemerintah dan swasta, terutama pada sektor realestat ke depan harus segera dicari solusinya.

Apalagi, ujar Sibarani, dalam membangun ibu kota baru di Kalimantan Timur akan bekerja sama dengan setidaknya tiga kementerian, yakni Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan juga Kementerian Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/ Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang akan menambah dinamika persepsi dan tantangannya. (Teti Purwanti)
 
Sumber: