TEROBOSAN

Hasil Survei REI DKI

Pengembang di Jakarta Lebih Optimistis Tahun 2018

Administrator | Selasa, 15 Januari 2019 - 11:43:19 WIB | dibaca: 981 pembaca

Pertumbuhan pasar properti di Jakarta tahun ini diprediksi masih tumbuh moderat seperti halnya tahun lalu. Namun menariknya, mayoritas pengembang di ibukota mengaku lebih optimistis permintaan properti akan lebih baik tahun ini, dibanding 2017.

Demikian hasil survei yang dilakukan DPD Realestat Indonesia (REI) DKI Jakarta yang dipublis baru-baru ini. Survei dilakukan selama dua bulan mulai Februari hingga April 2018. Ketua DPD REI DKI Jakarta, Amran Nukman mengatakan dari survei tersebut terungkap bahwa sebanyak 34% pengembang mengatakan optimis kondisi pasar properti tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu. Sedangkan 55% lainnya mengatakan masih akan sama dari tahun sebelumnya.

Dari survei juga diketahui kalau setidaknya terdapat 600 proyek yang dikembangkan oleh anggota REI DKI Jakarta. Secara rinci, 44,7% mengembangkan perumahan menengah atas dan apartemen, 8,1% membanguan perumahan sederhana, dan 36,6% mengembangkan rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan), perkantoran, dan juga mall.

“Survei ini cukup menarik sehingga dapat menggambarkan pandangan seluruh anggota REI DKI mengenai kondisi pasar tahun ini. Survei dilakukan selama Februari hingga April 2018 terhadap 335 anggota dari total anggota REI DKI sebanyak 350 pengembang,” ungkap Amran Nukman.

Ditambahkan, survei dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode pengumpulan data primer. Data yang didapatkan DPD REI DKI didapatkan baik melalui kuesioner, maupun wawancara langsung. Berdasarkan survei itu lagi, diungkapkan bahwa regulasi pemerintah terkait pajak dan retribusi adalah faktor yang menurut pengembang membawa pengaruh tertinggi terhadap iklim investasi hingga 27,3%. Sedangkan makro ekonomi yang membaik juga menjadi faktor yang cukup tinggi hingga 21,2%, perizinan sebesar 17,6%. Sementara kemudahan pembiayaan dari perbankan dan pasar modal sebesar 14,4%, harga lahan 12,7%, serta biaya konstruksi sebesar 6,7%.

Dengan tanggapan positif terhadap riset yang pertama ini, DPD REI DKI berencana akan kembali melakukan survei pada tahun-tahun mendatang meski dengan tema yang berbeda dan terus mengembangkan riset sesuai dengan kebutuhan pasar.

Dengan hasil riset yang didapat tersebut, REI DKI berharap bisa meningkatkan kinerja dan menjembatani seluruh anggota dalam berhubungan dengan stakeholder terkait perumahan, baik pemerintah, perbankan, maupun masyarakat.

Kemudahan Perizinan
Masalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar AS dan birokrasi perizinan di DKI Jakarta masih menjadi kendala. “Khusus di DKI Jakarta perizinan masih menjadi tantangan tersendiri. Birokrasi adalah faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi proses perizinan,” ungkap Amran.

Sekitar 69% responden menyatakan lebih mudah memperoleh perizinan di luar Jakarta dibandingkan dengan di DKI Jakarta. Begitu pun dengan komunikasi yang cukup baik dengan Pemprov DKI Jakarta, REI percaya masalah birokrasi perizinan dapat diselesaikan.

Wakil Ketua DPD REI DKI Jakarta bidang Riset dan Luar Negeri Chandra Rambey menjelaskan tantangan perlambatan ekonomi akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tidak serta merta menyurutkan optimisme pengusaha real estat.

“Itu terlihat dari hasil survei yang dilakukan, dimana mayoritas anggota masih optimistis sekali,” kata dia.

Optimistis tersebut terlihat dari pesatnya pembangunan apartemen stratatitle di Jakarta pada periode 2017-2018.

Di 2018, tambah dia, pengembang masih akan tetap melakukan ekspansi bisnis dengan memperbesar anggaran belanja modal (capex). Investasi besar yang digelontorkan menunjukkan industri real estat masih menjadi segmen yang diminati oleh para pelaku usaha.

“Mayoritas atau 64% pengusaha real estat di Jakarta mencadangkan capex di atas Rp 100 miliar, bahkan 9% menganggarkan capex lebih dari Rp 900 miliar. Ini bukti ada gairah dan keyakinan yang besar dari pelaku usaha properti di ibukota,” rinci dia. (Teti Purwanti)