Kilas Berita

KTT G20 dan MotoGP Diprediksi Dongkrak Okupansi Hotel

Administrator | Jumat, 22 April 2022 - 11:12:44 WIB | dibaca: 231 pembaca

Foto: Istimewa

Tahun ini diprediksi akan menjadi tahun kebangkitan bagi industri perhotelan nasional. Salah satunya industri perhotelan di Bali dan Lombok yang bakal terdongkrak seiring perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 30-31 Oktober 2022 di Bali, dan ajang balapan MotoGP mandalika 2022 pada 18-20 Maret di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Senior Associate Director Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto menyebutkan performa sektor perhotelan diprediksi akan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Ajang internasional di Bali dan Lombok diprediksi akan meningkatkan okupansi hotel hingga 40 persen.

“Di Bali kita lihat pada tahun 2022 akan naik (okupansi) hotelnya karena Bali akan menjadi tuan rumah KTT G20. Meski belum bisa mencapai tingkat okupansi sebelum pandemi, namun harapan kita bisa mencapai 40 persen,” ujar Ferry dalam Media Briefing secara virtual, baru-baru ini.

Kepala Badan Riset DPP Realestat Indonesia (REI) tersebut menjelaskan, sebagai tuan rumah penyelenggaraan KTT G20 dapat menjadi salah satu cara menarik wisatawan untuk kembali berlibur ke Bali. Revenge tourism juga akan menjadi hal positif terhadap jumlah pengunjung ke Bali. Dimana kondisi dua tahun terakhir menjadi waktu yang tepat bagi pelaku bisnis perhotelan untuk meningkatkan kualitas layanan dan produk mereka ke tingkat yang lebih tinggi.

Bagi pasar perhotelan, sektor ini akan bangkit relatif cepat dalam hal tingkat okupansi diikuti dengan tarif kamar. Beberapa pemilik hotel telah menghabiskan cadangan kas selama periode dua terakhir.

“Masih banyak peluang bagi investor untuk membeli hotel atau saham hotel atau portofolio, sehingga hal tersebut mampu mendatangkan modal untuk capex, renovasi kamar dan ekspansi,” ungkap Head of Capital Markets & Investment Services Colliers Indonesia, Steve Atherton seperti dikutip dari Industriproperti.com.

Sepanjang 2021, kondisi di Bali sudah mulai membaik. Namun mengalami penurunan yang signifikan pada Juli 2021. Namun dibandingkan tahun 2020, tingkat keterisiannya sudah mulai membaik.

Ferry mengungkapkan, wisatawan domestik masih mendominasi Bali. Seiring dengan membaiknya kondisi Indonesia secara umum, mulai banyak kegiatan yang di selenggarakan di Bali. Salah satunya adalah MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).

“Kebanyakan wisatawan domestik. Jadi, kalau kita lihat ada beberapa kegiatan MICE dan juga pemerintah beberapa kali sudah menyelanggarakan kegiatan di Bali,” ucap Ferry.

Hal senada diungkapkan Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit. Dia memperkirakan KTT G20 Bali 2022 mendatang akan menjadi peluang bagi sektor perhotelan Indonesia untuk bangkit.

“Hotel masih akan menunggu Covid-19 ini berlalu. G20 ada di Bali mungkin awalnya (sektor perhotelan bangkit), banyak yang datang ke Indonesia,” pungkas Panangian dikutip dari Kompas.com.

Sektor perhotelan dikatakan akan mulai bangkit pada akhir tahun 2022 atau bahkan pada 2023. Hal ini karena pertumbuhan bisnis perhotelan sangat dipengaruhi jumlah kunjungan wisatawan. Sementara selama pandemi berlangsung, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia per Desember 2021 hanya sekitar 1,1 juta. Angka tersebut sangat jauh dibandingkan dengan jumlah wisatawan sebelum terjadinya pandemi, yang bisa mencapai 5 sampai 6 juta pengunjung.

“Artinya, masih drop sampai 70 persen. Di Bali walaupun orang Indonesia sudah banyak pergi ke sana, itu sangat tidak bisa mengimbangi catatan sebelum pandemi,” ujar Panangian.

Harapan PHRI
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) pun menaruh harapan banyak peningkatan okupansi hotel di 2022. Selain ketat dalam penerapan protokol kesehatan, PHRI juga gencar mengembangkan paket repatriasi untuk menaikkan okupansi hotel.

“Di 2022, PHRI melihat event-event khususnya KTT G20, MotoGP dan lainnya akan menjadi pendongkrak industri properti khususnya di Bali dan Lombok,” kata Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran dalam sebuah webinar, Kamis (20/1/2022).

Dikatakan, okupansi akan lebih tinggi dari sebelumnya karena saat event international akan banyak tamu-tamu asing khususnya anggota delegasi negara anggota G20. Demikian juga di sekitar Sirkuit Mandalika, hotel-hotel akan mendapat kunjungan tamu yang signifikan terutama dari peminat MotoGP.

Selain itu, di 2022 yang cukup menjanjikan dan bisa diharapkan untuk menggenjot okupansi hotel adalah kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhbition (MICE) khususnya berbagai event acara pemerintah baik kementerian/lembaga (KL) maupun pemerintah daerah.

Setiap awal dan akhir tahun, sebelum pandemi banyak KL yang mengadakan acara seperti Bali, Yogyalarta, Solo, Toraja dan lain-lain. Kondisi itu sangat membantu hotel-hotel milik anggota PHRI.

Maulana menyebutkan, melandainya kasus Covid-19 pada kuartal III-2021 menjadi angin segar bagi bisnis perhotelan. Tingkat hunian kamar meningkat hingga 50-60 persen, dan kegiatan pertemuan tatap muka mulai meramaikan ruang hotel termasuk kegiatan MICE.

“Pada 2020 yang baru tumbuh pasar leisure, sedangkan pasar MICE beralih ke virtual. Pada 2021, keduanya sudah bergerak,” kata Maulana Yusran.

Diakui, sejak 2021 bisnis hotel yang telah menunjukkan grafik positif meski masih dibayangi varian baru Covid-19 yakni Omicron yang telah masuk ke Indonesia.

Maulana berharap tidak ada lonjakan kasus Covid-19 lagi karena akan menganggu pemulihan sektor pariwisata dan perhotelan.

“Kalau kasus kembali tinggi, maka mobilitas masyarakat bakal kembali diperketat. Yang kami khawatirkan itu angka kasus covid naik, karena kunci dari kinerja sektor pariwisata dan perhotelan itu dari mobilitas masyarakat. Mau buat program apapun selama pergerakannya dihambat, itu tidak akan efektif,” kata Maulana. (Rinaldi)

Sumber: