ISU PASAR

Kinerja Sektor Industri dan Logistik Masih Stabil

Administrator | Selasa, 10 November 2020 - 11:36:13 WIB | dibaca: 465 pembaca

Foto: Istimewa

Sejak wabah Covid-19 melanda, gaya hidup masyarakat pun berubah. Misalnya dalam urusan berbelanja, sebagian besar melakukan transaksi pembelian melalui media daring. Dampaknya bagi sektor properti terjadi peningkatan permintaan terhadap ruang di kawasan industri terutama untuk kebutuhan logistik, pergudangan dan pusat data.

Kepala Layanan Industri dan Logistik, Colliers International Indonesia, Rivan Munansa mengatakan di tengah situasi pandemi ini, sub-sektor industri dan logistik berkinerja cukup baik dan stabil dibandingkan sub-sektor lainnya.

“Sektor ini tampaknya memiliki potensi positif yang cukup dan dianggap sebagai salah satu kelas aset properti paling sehat, yang mencakup logistik dan gudang, baik untuk barang konsumen, e-commerce, logistik, dan pusat data,” jelas Rivan dalam laporannya, baru-baru ini. 

Menyangkut kinerja, sub-sektor industri mengalami booming permintaan pada 2010, kemudian 2013-2014, dan terakhir pada 2019. Sayangnya, Covid-19 yang melanda di pengujung kuartal I-2020 telah menyebabkan sektor industri melambat.

Di kuartal I, tercatat hanya 56 hektar lahan industri yang terjual, atau 16% dari total penjualan pada 2019.

Namun terjadi beberapa akselerasi misalnya untuk barang konsumsi yang memiliki tingkat stabilitas cukup baik, bahkan permintaan cenderung meningkat meski di tengah pandemi. Selain itu, e-commerce merupakan bisnis yang kini sedang berkembang sangat pesat, sehingga ke depan masih ada potensi signifikan bagi e-commerce untuk tumbuh.

“Pertumbuhan kegiatan e-commerce seharusnya memicu permintaan akan pergudangan dan logistik yang memungkinkan pertumbuhan positif bagi sub-sektor industri ini,” papar Rivan.

Adapun aktivitas logistik membaik karena barang-barang konsumsi dan e-commerce terus tumbuh, volume logistik akan meningkat. Ini memiliki dampak positif pada industri properti dan logistik, ujar Rivan.

Sedangkan pusat data berkembang bersama dengan sektor e-commerce yang sedang berkembang dan meningkatnya penggunaan internet, sehingga pusat data telah menjadi tulang punggung yang sangat penting. Banyak pihak sekarang mulai berkeliling di pasar untuk menemukan lokasi yang tepat untuk membangun pusat data.

Di sisi lain, Colliers berharap pengembang dengan lahan yang cukup di kawasan industri bisa mengantisipasi agar tidak berhenti mengembangkan kawasan.

Rivan menyebutkan pengalaman pengembang kawasan industri tidak mengembangkan lahan atau kawasan industri yang mereka miliki. Sebagai gantinya, mereka membangun infrastruktur tetapi kemudian tanah itu dijual kepada publik. Tanah itu kemudian digunakan dan tidak menghasilkan pendapatan berulang (recurring income) bagi pengembang.

Karena itulah, Colliers merekomendasikan agar pengembang atau investor yang memiliki area industri dapat membagi area-area ini menjadi beberapa bagian yang dapat dijual ke sektor bisnis yang berbeda jika mereka cocok untuk area tersebut. Selain itu, pengembang juga diminta untuk melihat aset industri dalam kebutuhan konsumen yang muncul.

“Pertimbangkan kemungkinan relokasi pabrik dari luar negeri ke Indonesia dan potensi pergeseran dalam penggunaan properti ke pusat pemenuhan dan tentu saja pelajari mengenai pusat data,” jelas Rivan.

Selain itu, menurut Rivan, ada kemungkinan bahwa perusahaan perusahaan akan mulai mencari tanah yang terletak di kota dengan maksud membangun pusat pemenuhan tersebut. Bangunan kosong atau mal yang tidak digunakan tetapi masih layak dapat dikonversi menjadi pusat pemenuhan.

Pusat pemenuhan biasanya terletak di perbatasan kota; dalam hal lokasi yang terpenting dapat diakses dan dekat kota, selain juga dekat dengan gudang atau pabrik.

Rivan Munansa menambahkan, pada era Teknologi dan Industri 4.0 Indonesia masih perlu persiapan lebih untuk dapat benar-benar menerapkan Teknologi dan Industri 4.0, terutama dalam hal infrastruktur.

“Mungkin saja arahnya mengarah ke otomatisasi. Ketika sebuah perusahaan ingin menerapkan ini, mereka harus benar-benar mempertimbangkan nilai investasi mereka. Sebagai hasil dari Covid-19, banyak perusahaan telah mulai memaksimalkan kegiatan manufaktur mereka,” kata dia.

Penjualan Pengembang
Stabilnya pasar kawasan industri memang masih dapat dinikmati pengembang atau pengelola. Setidaknya itu dirasakan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), pengembang kawasan Surya Cipta Karawang, Jawa Barat.

Sepanjang kuartal I 2020, pendapatan kawasan industri, biaya pemeliharaan dan sewa komersil berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 86,9 miliar, meningkat 20% dari Rp 72,4 miliar pada kuartal I-2019.

Erlin Budiman, Investor Relations SSIA menjelaskan, unit bisnis properti yang sebagian besar merupakan kontribusi dari penjualan tanah kawasan industri mengalami tantangan dengan keterlambatan dalam keputusan investasi karena kebijakan lockdown di beberapa negara.

Meski begitu, SSIA berharap untuk mendapatkan komitmen penjualan tanah hingga jangka waktu akhir kuartal III-2020. Apalagi, SSIA sudah mengantongi marketing sales lahan industri seluas 2,9 hektar dengan nilai sebesar Rp 56 miliar, sementara permintaan lahan untuk saat ini sekitar 45 hektar.

Erlin menyebut, pihaknya masih keep in touch dengan penyewa potensial melalui pertemuan online. Tahun lalu juga pihaknya rajin melakukan roadshow ke Korea, China dan Jepang.

PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) juga mengumumkan pada kuartal I-2020 mengantongi pendapatan total sebesar Rp 574,38 miliar, naik 43,83% secara tahunan (yoy) dari Rp 399,36 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Peningkatan ini terutama berasal dari penjualan rumah tinggal dan apartemen, penjualan tanah komersial dan tanah industri. Khusus penjualan tanah industri nilainya mencapai Rp 59,3 miliar pada kuartal I-2020. Sementara di kuartal I-2019 tidak ada pendapatan dari lahan industri. (Teti Purwanti)
 
Sumber: