KAWASAN
Karawang Menuju Kota Industri, Bisnis Properti Makin Prospektif

Pemerintah Kabupaten Karawang sedang menyiapkan daerah tersebut menjadi kota industri terbesar di asean. Pengembang properti diajak berkolaborasi membangun perumahan, kawasan bisnis dan komersial termasuk Central Business District (CBD). Rencana itu membuat bisnis properti di Karawang makin prospektif.
Kabupaten Karawang saat ini sedang mentransformasi diri dari sebuah kawasan industri terpadu dan terbesar di Asia Tenggara, menuju kota industri. Berbagai kemudahan perizinan dan pengembangan infrastruktur pendukung pun sudah disiapkan.
“Kami sedang berupaya menjadikan Karawang ini bukan lagi sekadar kawasan industri akan tetapi kota industri. Jadi antara kawasan industri dengan fasilitas pendukung lain seperti untuk hunian dan kawasan bisnis akan terintegrasi,” ungkap Kepala Dinas Penanaman Modal Terpadu Satu Pintu Kabupaten Karawang, Eka Sanatha, pada diskusi yang diadakan Harian Bisnis Indonesia, Rabu (3/8/2022).
Saat ini, Karawang telah ditopang oleh fasilitas serta infrastruktur kelas dunia yang membuat semakin mudah akses dari dan menuju ke Karawang. Konektivitasnya sangat tinggi. Dari dan menuju Karawang didukung akses tol Jakarta-Cikampek, Jakarta-Cikampek-Elevated (MBZ), tol Jakarta-Cikampek II, dan nantinya ada tol Lingkar Luar II Sentul-Karawang Barat yang sedang dalam proses pembangunan.
Selain itu, Karawang juga dekat dengan Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Patimban dengan jarak masing-masing 70 kilometer. Lalu, akses Bandara Soekarno-Hatta dengan jarak 90 kilometer dan dari Bandara Kertajati 122 kilometer.
“Ke depan, berdasarkan PP No 13 Tahun 2017 dan Permenhub 69 Tahun 2013, rencananya akan dibangun Bandara Soekarno-Hatta II di Karawang. Ini menjadikan fasilitas infrastruktur Karawang makin berkelas dunia,” jelas Eka.
Akses transportasi lain adalah rel kereta yakni Stasiun Karawang, Stasiun Cikampek, dan Transit Oriented Development (TOD) Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Keunikan lainnya dari Karawang yang mungkin belum banyak orang diketahui, menurut Eka, adalah adanya transportasi massal peninggalan Belanda yang menghubungkan antar Kecamatan di Karawang antara lain rute Rengas Dengklok- Rawa Merta-Cikampek-Cilamaya.
Dia menyebutkan, Kabupaten Karawang sangat prospektif untuk kawasan hunian, bisnis dan komersial. Atas dasar itu, pihak-nya mengundang lebih banyak pengembang properti untuk ber-kolaborasi membangun Karawang yang lebih modern dan lebih nyaman ditinggali.
“APBD Karawang jujur saja hanya Rp4,8 triliun. Kecil dibandingkan investasi yang masuk ke Karawang. Maka itu, tidak mungkin kami membangun sendiri. Kami membuka diri untuk bersama-sama mem-bangun dengan sektor swasta,” kata Eka.
Sejauh ini, Pemkab Karawang telah menjalankan pola kolaborasi dengan beberapa perusahaan pengembang properti besar seperti Summarecon Agung dan Agung Podomoro Land.
“Contoh Agung Podomoro di salah satu proyek mereka di Kara-wang, itu mereka menyediakan lahan untuk fasos-fasum yang kemudian digunakan untuk SPAM (Sistem Pengelolaan Air Minum). Nah, itu kita belum bisa siapkan (lahannya) tapi pengembang yang membantu sediakan duluan. Kolaborasi seperti itulah yang sangat kami butuhkan,” jelasnya.
Butuh CBD
Di diskusi yang sama, Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, mendorong Kabupaten Karawang dari hanya kawasan industri menjadi kota industri. Salah satu yang mutlak ada adalah kawasan pusat bisnis atau central business district (CBD).
”Saya yakin CBD dapat dibangun di Ka-rawang, banyak swasta yang berminat. Ajak kolaborasi pengembang besar, kan di sini sudah ada Agung Podomoro Land yang sudah berpengalaman membangun CBD,” kata Yayat.
CBD dia nilai sangat penting untuk men-dukung transformasi Karawang menjadi kota industri berkelas dunia. Terlebih kehadiran CBD akan mendorong pertumbuhan pereko-nomian yang lebih kuat secara jangka pan-jang. Hal lain, Ibu Kota Negara akan pindah dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Karena itu, tidak tertutup kemungkinan pemilik pabrik di Karawang yang selama ini berkantor di Jakarta akan memindahkan kantornya ke Karawang dengan syarat sudah tersedia CBD-nya.
“Kalau ini terjadi, maka profil pekerja di Karawang akan berubah dan meningkat. Semakin banyak tenaga kerja level mene-ngah ke atas termasuk pekerja asing yang berkantor atau tinggal di Karawang sehingga mendorong peningkatan permintaan pro-perti dan kawasan bisnis di daerah ini,” sebut Yayat.
Pengamat Properti dari Colliers Indonesia, Ferry Salanto juga meyakini prospek pro-perti di Karawang menjanjikan dan akan berlangsung dalam jangka panjang. Apalagi investasi kawasan industri yang terjadi terus bertambah yang saat ini didominasi industri high tech seperti data center dan mobil listrik.
“Ini akan meningkatkan profil pasar serta sustainabilitas industri di Karawang karena berkaitan dengan teknologi masa depan. Dampaknya tentu berpengaruh terhadap kebutuhan hunian dan kawasan bisnis,” ungkapnya.
Dukungan Pengembang
Realestat Indonesia (REI) Jawa Barat mendukung pengembangan Karawang menjadi kota industri dunia.
Ketua DPD REI Jabar, Joko Suranto, mengatakan sebuah kota industri seharus-nya memang dilengkapi dengan kawasan hunian yang lengkap dan terpadu dengan tempat kerja sebagai fasilitas bagi para pekerja. Hunian yang dekat dengan pabrik akan mengurangi traffic kemacetan, efisiensi biaya dan tentunya kenyamanan kerja.
“Kalau situasi itu terjadi maka akan men-ciptakan multiplier effect yang positif dan luas sekali,” kata Joko.
Dia menilai, Karawang memiliki prospek tinggi untuk mendukung aktivitas bisnis properti karena infrastrukturnya cukup baik bahkan sampai ke jalan-jalan sekunder. Selain itu sudah didukung jalan tol, ada rel kereta api, dan dekat pelabuhan.
Menurut Joko, berdasarkan data Oto-ritas Jasa Keuangan (OJK) penyaluran kre-dit pemilikan rumah (KPR) di Karawang menduduki peringkat kelima di Jawa Barat. Itu menunjukkan bahwa permintaan rumah di daerah itu cukup besar dan menjanjikan, terlebih jika nantinya sudah menjadi kota in-dustri kelas dunia.
Dia menambahkan, dari sisi demografi, jumlah penduduk Karawang saat ini diperkira-kan sekitar 2,6 juta jiwa dengan penduduk berusia produktif dan usia menikah yakni dari 19 tahun sampai 39 tahun mencapai angka 1,2 juta orang.
“Data ini memperlihatkan bahwa potensi dan realisasi properti di Karawang khususnya hunian masih prospektif dan tumbuh cepat, karena aktivitas industrinya juga masih run-ning,” pungkas Joko Suranto. (Rinaldi)
Sumber:

- REI Bentuk Helpdesk Atasi Kendala Perizinan
- Pasar Hunian Komersial Mulai Tumbuh di NTB
- REI DKI Tetap Optimistis Sektor Properti Bangkit
- Stakeholder Kompak Tolak Akuisisi BTN Syariah
- Pasar Hunian Ekspatriat Diprediksi Tumbuh di Semester II