TOPIK KHUSUS

Industri Properti Bersiap Hadapi New Normal

Administrator | Selasa, 20 Oktober 2020 - 16:06:22 WIB | dibaca: 528 pembaca

Foto: Istimewa

Pelaku usaha properti berharap banyak fase kenormalan baru atau new normal membawa semangat positif bagi industri untuk bersiap bangkit kembali. Keterpurukan penjualan yang terjadi sejak Kuartal I-2020 diprediksi berlahan akan membaik, namun tetap dibutuhkan dukungan penuh dari pemerintah.

Definisi new normal menurut Pemerintah Indonesia adalah tatanan baru kehidupan masyarakat untuk beradaptasi dengan Covid-19, mengingat hingga saat ini vaksin untuk menghentikan penyebaran pandemi ini belum ditemukan. Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengatakan asosiasinya akan menerapkan banyak kebiasaan baru untuk beradaptasi dengan wabah Covid-19. Selain social distancing, physical distancing dan menerapkan seluruh protokol kesehatan dalam proses pembangunan, pengembang juga dituntut segera beradaptasi dengan teknologi informasi dalam mendukung proses penjualan.

“Kami kira optimisme untuk mampu beradaptasi dan kembali membangkitkan industri properti ini harus terus digaungkan,” kata Totok, baru-baru ini.

Guna mempermudah anggota REI di seluruh Indonesia, saat ini tengah disiapkan standar operasional prosedur (SOP) agar pelaksanaan new normal di sektor properti dapat berjalan normal dan aman bagi seluruh pihak yang terlibat dalam aktivitas pengembang.

SOP itu nantinya mengatur tata cara proses transaksi, baik soal validasi sertifikat, pemecahan sertifikat, perpajakan, perizinan dan lainlain.

Namun diakui Totok, saat ini masih belum ada jalan keluar terkait urusan dengan pekerjaan yang membutuhkan soft skills termasuk berurusan dengan notaris dan bank. REI berharap agar ada proses penyederhanaan secara digital untuk meminimalisir pertemuan secara fisik.

“Ada beberapa urusan yang menuntut adanya bertemu fisik, ya berhadapan langsung. Misalnya beberapa notaris masih meminta syarat ketemuan langsung. Beberapa bank juga. Nah, SOP ini yang lagi kami diskusikan dengan mereka,” kata pengusaha properti asal Jawa Timur itu.

REI menilai SOP penting karena selama pembatasan sosial sistem prosedur ini belum ada atau belum komplit. Sehingga dengan adanya SOP yang menyeluruh termasuk kesepakatan dengan para pihak terkait, maka diharapkan semua proses pengembangan dapat berjalan lancar.

Sementara mengenai tata cara pelaksanaan proyek konstruksi, menurut Totok, pihaknya akan merujuk pada Surat Edaran Dirjen Perumahan No.03/SE/Dr/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Pada Direktorat Teknis di Lingkungan Jenderal Perumahan Selama Masa Pandemi Covid-19. Ini supaya konstruksi tidak terhenti karena hal tersebut menyangkut komitmen dengan konsumen.

Pengembang ke depan juga dituntut menyesuaikan aktivitas pemasaran dan penjualan dengan memaksimalkan sistem online yang mudah diakses dan memberi informasi lengkap kepada calon pembeli tanpa perlu datang ke kantor pemasaran. Namun sekali lagi, tegas Totok, semua langkah digitalisasi pengembang itu harus sejalan dengan dukungan instansi terkait.

Masalahnya, kata Totok, saat ini perbankan justru lebih ketat dalam penyaluran kredit pemilikan rakyat (KPR), bahkan perbankan sekarang lebih ketat dalam melakukan verifikasi data.

“Sekarang itu filternya lebih ketat, bahkan bank tidak terima lagi pengajuan KPR untuk karyawan kontrak atau informal,” kata Totok.

Pengamat Properti dari Coldwell Banker Commercial, Dani Indra Bhatara menilai industri properti sebetulnya sudah sangat siap mengantisipasi kondisi perubahan ke tatanan baru tersebut. Namun diakui penerapan pola baru itu tidak dapat diterapkan untuk semua segmen pasar.

“Mungkin segmen menengah ke atas sudah siap, tetapi yang menengah bawah atau yang lokasinya di daerah belum terlalu siap terutama dalam sistem pemasarannya. Ini perlu mendapat perhatian dan dukungan dari asosiasi dan pemerintah,” kata Dani.

Dia melihat divisi pemasaran perumahan maupun apartemen menengah ke atas sudah menerapkan pola baru berbasis digital untuk berinteraksi dengan calon konsumen bahkan sebelum pandemi merebak. Ke depan, platform digital ini tinggal diperkuat.

Sejauh ini, menurut Dani, di segmen menengah ke atas konsumen sudah tidak perlu datang ke kantor marketing, namun memperoleh informasi dan visualisasi produk secara lengkap. Proses pembelian pun sudah mulai dilakukan dengan sistem online, bahkan tanda tangan legalitas pun sudah dijajaki dengan sistem online.

Begitu juga di subsektor seperti mall yang dinilai sudah bersiap dengan tahapan baru ini, mengingat harus menerapkan berbagai protokol kesehatan. Sementara subsektor hotel dan perkantoran dinilai sudah juga bersiap-siap menyambut tahap new normal.

Perlu Dukungan
Di sisi lain, untuk dapat bangkit lebih cepat di tengah bayang-bayang pandemi ini, REI kembali menegaskan pentingnya dukungan dan stimulus dari pemerintah dan perbankan.

Sejumlah usulan sudah disampaikan asosiasi dengan hampir 6.000 anggota itu kepada pemerintah antara lain keringanan dan penghapusan pajak PPh 21 serta restrukturisasi kredit bagi para developer.

Kepada perbankan, selain penyederhanaan verifikasi, juga diharapkan ada keringanan suku bunga kredit konstruksi bagi pengembang yang membangun perumahan khusus rumah untuk MBR. REI juga berharap perbankan dapat melaksanakan restrukturisasi kredit tanpa mengurangi peringkat kolektabilitas pengembang.

“Selain itu juga meminta perbankan siap menerapkan mekanisme akad kredit secara virtual selama kondisi belum masuk fase normal sepenuhnya,” kata Totok.

REI meminta perbankan agar dapat melaksanakan penghapusan bunga selama enam bulan atau dapat melakukan penangguhan pembayaran bunga dan angsuran pokok selama 12 bulan, serta tunggakan bunga dibebankan pada oustanding pokok.

“Serta perbankan diharapkan membuka blokir sinking fund sehingga tidak harus dipenuhi pada setiap periode bulan selama pandemi Covid-19,” ujar Totok.

Direktur Utama Bank BTN, Pahala N Mansury menyatakan perbankan bersama dengan pengembang sudah siap menyambut fase new normal. Bank BTN, kata dia, akan membuka diri untuk bersinergi dan berkolaborasi dengan mitra kerja terutama pengembang.

“Kami juga ingin tetap survive dalam menjalankan bisnis terkait bidang properti di tengah pandemi Covid-19,” kata Pahala pada acara webinar yang juga diikuti Ketua Umum DPP REI Paulus Totok Lusida, Rabu (20/5/2020).

Dia mengatakan, BTN selama ini telah membuktikan diri sebagai pendamping setia para pelaku bisnis properti khususnya yang membangun rumah untuk MBR.

Di tengah pandemi berlangsung, perseroan juga menunjukkan komitmen sebagai bank yang terbesar dalam menyalurkan KPR Subsidi maupun Non-Subsidi. (Rinaldi/Teti)