ISU PASAR

Hunian Sewa

Ekspatriat Sepi, Pemilik Unit Mulai Bidik Penyewa Lokal

Administrator | Senin, 18 Januari 2021 - 13:31:35 WIB | dibaca: 506 pembaca

Foto: Istimewa

Salah satu subsektor properti yang mengalami dampak berat adalah penyewaan apartemen dan rumah sewa bagi ekspatriat. Terjadi penurunan sewa karena ekspatriat banyak yang tidak kembali lagi akibat pandemi atau kontrak kerjanya di indonesia tidak diperpanjang perusahaan. Pemilik unit pun disarankan menyewakan ke pasar lokal dengan menggunakan rupiah.

Head of Residential Services of Colliers International Indonesia, Lenny van Es-Sinaga mengungkapkan pandemi ini berdampak luas terhadap bisnis penyewaan apartemen atau rumah untuk ekspatriat. Saat ini banyak apartemen yang kosong, antara lain karena banyak perusahaan yang membatalkan kontrak rumah ekspatriat mereka.

“Untuk menjaga properti tetap ditempati dan mengantisipasi tingkat kekosongan ke depan, pemilik perlu menyesuaikan fokus pasar mereka dengan pasar nasional atau lokal Indonesia,” ungkap Lenny van Es-Sinaga dalam siaran persnya, baru-baru ini.

Pasar lokal, menurut dia, cukup menjanjikan saat ini baik dengan target pengusaha atau profesional dengan persyaratan yang lebih fleksibel baik secara harian, mingguan, atau bulanan. Untuk menarik pasar lokal, saran Lenny, ada baiknya pemilik memberikan harga dalam rupiah, bukan dolar AS dan ditambah dengan layanan lainnya.

Layanan tambahan bisa berupa daily housekeeping/maid service dengan harga sewa termasuk utilitas dan memasarkan propertinya secara online untuk menarik pasar yang lebih luas. Dia mengungkapkan, kecil kemungkinan pasar ekspatriat yang sudah menyusut sebelum Covid-19 akan kembali dalam waktu dekat.

“Mungkin hal ini tidak akan terjadi hingga tahun depan. Kondisi perekonomian yang tidak stabil seperti saat ini akan memberikan efek domino, terutama pada kepercayaan perusahaan untuk membawa ekspatriatnya ke Indonesia,” kata Lenny.

Namun, jika situasi ekonomi bisa membaik dan penanganan Covid-19 lebih stabil, diharapkan pergerakan bisnis juga akan berputar lebih baik, sehingga perusahaan akan berinvestasi di Indonesia dan mendatangkan beberapa ekspatriatnya ke dalam negeri, yang juga bisa menghidupkan kembali pasar perumahan ekspatriat.

Lebih Fleksibel
Menurut Lenny, di masa pandemi ini untuk pasar hunian sewa pemilik harus lebih fleksibel dengan daftar keinginan perusahaan atau penyewa.

Selain persyaratan sewa yang dipersingkat, pemilik juga harus menjadi lebih fleksibel dengan persyaratan pembayaran. Penyewa boleh menambahkan revisi pada kontrak yang berlaku, sedangkan jika situasi ini akan terjadi lagi dan di luar kendali, seperti force majeure, pemilik harus mengembalikan sisa masa sewa yang valid.

“Banyak unit apartemen dan rumah sewa yang kosong sejak pandemi ini. Kalau pun ada penyewa, pasti akan mengalami perubahan, terutama jangka waktu sewa akan menjadi lebih pendek. Di sini pemilik gedung atau rumah harus dapat lebih fleksibel,” saran Lenny.

Disebutkan, para penyewa pun diperkirakan akan melakukan negosiasi proses perpanjangan kontrak. Terlebih karena banyak ekspatriat yang belum mendapat kepastian kapan mereka dapat kembali ke Indonesia.

Pemilik juga bisa memanfaatkan teknologi untuk mengatur apartemennya. Karena penggunaan teknologi cerdas baik pada rumah tapak maupun di apartemen bisa untuk membantu dan memudahkan penyewa yang menempati properti tersebut.

Jadi, kata Lenny, apapun yang berpotensi menghemat listrik dan uang akan bermanfaat. Fitur lain yang akan membantu adalah bantuan dalam mencari hal-hal online yang terpaksa dilakukan orang selama beberapa bulan terakhir, yang dapat berlanjut setelah pandemi berlalu.

Senior Director Leads Property Darsono Tan, mengatakan sejak pandemi Covid-19 banyak ekspatriat pulang ke negaranya masing-masing. Hingga saat ini mereka masih banyak yang belum kembali ke Indonesia menunggu perkembangan penangganan pandemi atau masih menanti kepastian masa kontrak kerjanya di Indonesia.

“Inilah yang membuat tingkat hunian apartemen sewa tertekan,” ungkap Darsono seperti dikutip dari Bisnis.com.

Sektor bisnis apartemen sewa menurun sebesar 56%-57% pada kuartal II/2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara tingkat huniannya berada di kisaran 66%- 67%.

Darsono mengungkapkan, selain dari sisi permintaan, sisi pasokan yang meningkat sejak tahun lalu juga berkontribusi terhadap turunnya tingkat hunian. Pasokan apartemen sewa pada kuartal II-2020 tercatat 8.942 unit. Ini meningkat sekitar 2,1% dari angka pasokan kuartal yang sama tahun lalu, yaitu sebesar 8.752 unit.

“Dalam hal harga sewa, selain oleh karena kompetisi yang sengit, harga sewa pun tertekan ke angka US$ 21,2 per meter persegi per bulan pada kuartal II-2020 atau turun sebesar 8,3% dari kuartal yang sama tahun 2019 akibat efek pandemi,” ujar dia.

Darsono memprediksi pasar apartemen sewa rebound seiring dengan membaiknya iklim bisnis dan teratasinya penyebaran corona. Pasar ini juga akan membaik saat para ekspatriat kembali ke Indonesia untuk melanjutkan bisnis mereka. (Teti Purwanti)

Sumber: