RISET

Co-Working Space, Berjuang Melewati Ketidakpastian

Administrator | Kamis, 05 November 2020 - 09:44:58 WIB | dibaca: 1313 pembaca

Foto: Istimewa

Bisnis ruang kerja bersama atau co-working space kemungkinan belum dapat bangkit pada tahun ini akibat dampak penyebaran corona virus yang hingga kini belum ditemukan vaksinnya. Kondisi itu memberikan ketidakpastian terhadap bisnis yang sedang ngetren ini.

Begitu pun, perusahaan riset properti Savills Indonesia memprediksi ke depan tren bekerja di co-working space masih akan berlanjut  meski saat ini masih tersendat. Apalagi, selama pandemi muncul kebiasaan bekerja selain di kantor yang memungkinkan bisnis coworking space untuk bertahan.

“Orang sudah mengubah gaya hidup bekerjanya menjadi dapat bekerja dimana saja. Tren ini dapat membantu dan menjadi harapan bagi pertumbuhan sektor co-working space di masa mendatang,” ungkap Anton Sitorus, Department Head Research&Consultancy PT Savills Consultants Indonesia dalam laporannya, baru-baru ini.

Seperti diketahui, layanan co-working space tumbuh cepat dalam lima tahun terakhir yang ditandai dengan munculnya banyak operator co-working space seperti CoHive, Connext, GoWork, Kedasi, Ko+labora, UnionSpac, dan Wellspaces.co.

Menurut data Savills Indonesia, saat ini setidaknya ada 200 ruang kerja bersama di Indonesia dengan jumlah paling banyak berada di Jakarta, dengan persentase mencapai 90%.

Sebelum masa pandemi, setidaknya ada 15.000 meter persegi ruang co-working space baru yang dioperasikan oleh berbagai operator tadi. Namun di tahun ini volume pasokan ruang kerja bersama disebutkan lebih sedikit dibandingkan pada 2016 yang mencapai 40.000 meter persegi. Secara keseluruhan, di Jakarta saat ini terdapat persediaan  coworking space mencapai 200.000 meter persegi.

Berdasarkan lokasi, sebagian besar ruang kerja bersama itu terletak di CBD area (64%). Sedangkan sisanya di wilayah non-CBD, dengan perincian Jakarta Selatan memiliki pasokan ruang kerja bersama terbesar yakni 18%, diikuti oleh Jakarta Pusat 7%, Jakarta Utara 6%, dan Jakarta Barat 5%.

“Pasokan co-working space di Jakarta Timur adalah yang paling sedikit dibandingkan dengan lokasi lainnya,” ungkap Anton.

Tarif Sewa
Bisnis ruang kerja bersama hadir dengan fleksibilitas ruang kerja yang ditawarkan termasuk tata letak, areal terbuka bersama, kantor pribadi, ruang rapat dan ruang acara. Mereka menyediakan berbagai jenis keanggotaan dengan fasilitas yang diperlukan untuk bisnis penggunanya.

Menurut data Savills, di paruh pertama tahun ini harga rata-rata sewa meja bersama dalam penggunaan sehari-hari di co-working space adalah sekitar Rp 110.000 per orang per hari, sedangkan penggunaan bulanan mencapai Rp 1,6 juta per orang per hari.

Di sisi lain, untuk ruang bisnis pribadi yang lebih besar kisaran tarifnya dari Rp1 juta hingga Rp 100 juta per bulan. Biasanya ruang ini dapat digunakan hingga lebih dari 20 orang.

Selama satu dekade terakhir, industri ruang kerja bersama telah berkembang secepat permintaan. Sejumlah pemain besar di bisnis ini

terus mendominasi pasar seperti CoHive, WeWork, GoWork, Kolega, dan UnionSpace. Namun, banyak pula penyedia ruang kerja yang lebih kecil secara aktif memenuhi kebutuhan pekerja melalui jalan kolaborasi dan memiliki rencana ekspansi ke depan guna memenuhi kebutuhan pasar yang meningkat.

Anton menyebutkan, saat ini penyedia ruang kerja bersama, bukan hanya di Indonesia, namun juga di seluruh dunia tengah menghadapi tantangan akibat pandemi. banyak co-working space telah mengadopsi model bisnis alternatif dalam upaya untuk tidak hanya menghentikan penyebaran virus, tetapi juga untuk mendukung kebutuhan komunitas anggota mereka.

Beberapa operator telah memutuskan untuk fokus melakukan format online seperti meluncurkan acara untuk mendukung aktivitas anggota mereka supaya tetap terhubung.

Selain itu, operator telah melihat lebih banyak anggota memilih untuk bekerja dari rumah serta penundaan tanggal pindah untuk penyewa baru, sehingga dengan demikian menawarkan paket keanggotaan fleksibel seperti diskon harga atau menjeda keanggotaan untuk memungkinkan mereka menempati ruang nanti.

“Dari riset kami, ditemukan kalau operator telah menawarkan harga pengurangan untuk meja bersama atau ruang pribadi selama waktu yang sulit ini,” ungkap Anton.

Diskon untuk biaya bulanan bisa mencapai antara 40%-60% untuk meja bersama serta 10%-45% untuk ruang bisnis pribadi.

Butuh Waktu Pulih
Sementara itu, Monica Koesnovagril, Kepala Layanan Penasihat Colliers International Indonesia mengungkapkan sektor perkantoran akan menjadi sektor yang butuh waktu lebih lama untuk pulih. Apalagi akan banyak perusahaan baik lokal maupun internasional menyadari kalau karyawannya bisa tetap produktif meski bekerja dari rumah.

“Ruang kantor mungkin berada di bawah tekanan dalam jangka pendek-menengah, dengan perusahaan mempertimbangkan kembali berapa banyak ruang kantor yang benar-benar mereka butuhkan, dan bagaimana mereka akan gunakan secara berbeda,” jelas Monica.

Berbeda dengan kantor, ritel dan hotel akan memiliki perputaran yang lebih cepat karena konsumsi dalam negeri akan kembali begitu orang diizinkan untuk kembali ke bisnis. Hunian hotel harus ditingkatkan dalam waktu satu tahun atau lebih dan kembali ke tempat sebelum pandemi.

Apalagi, menurut data Colliers, Indonesia mungkin memiliki keunggulan dibandingkan dengan beberapa pasar Asia lain yang lebih tergantung pada modal asing, investasi asing, dan ekspor asing untuk membuat perekonomian mereka berjalan. Indonesia masih sangat mungkin bergerak dengan kemampuan dari dalam negeri, tanpa ketergantungan secara berlebihan pada permintaan pasar luar negeri.

Adapun bagi semua sektor properti, menurut Collier, pengembang perlu memikirkan kembali konsep-konsep baru, berpikir di luar kotak, dan terobosan baru perlu mulai sekarang. Apalagi bila permintaan tinggi spesifik di daerah termasuk kota-kota sekunder. (Teti Purwanti)
 
Sumber: