Kilas Berita

BTN Kejar Target Spin Off Unit Syariah Tahun Depan

Administrator | Selasa, 03 Maret 2020 - 16:47:12 WIB | dibaca: 946 pembaca

Foto: Istimewa

Kementerian BUMN akan menggabungkan atau merger Unit Usaha Syariah Bank Tabungan Negara dengan Bank Syariah Mandiri (BSM). Penggabungan ini dimaksudkan agar lebih efisien dan optimal. Dengan penggabungan Unit Usaha Syariah BTN ke Bank Syariah Mandiri, maka BTN akan memiliki saham di BSM.

PT Bank Tabungan Negara Tbk menyatakan siap melakukan aksi pemisahan unit usaha syariah (UUS) pada 2020. Sejumlah strategi juga telah disiapkan bank dengan bisnis inti di segmen kredit perumahan ini. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan batas waktu kepada Bank BTN untuk menyerahkan hasil kajian dan rencana spin off USS sampai akhir 2020. Sedangkan eksekusi rencana tersebut selambatlambatnya pada 2023.

Direktur Keuangan BTN, Nixon Napitupulu mengungkapkan, untuk mewujudkan rencana tersebut bukan pekerjaan mudah. Saat ini, setidaknya ada tiga rencana aksi yang sedang dikaji guna memenuhi ketentuan OJK tersebut, yakni mendirikan sendiri dengan modal sangat besar, join dengan BUMN lain, serta dilepas atau dijual.

“Estimasi kita kebutuhan dana untuk spin off mencapai sekitar Rp5 triliun. Nantinya, dana sebesar ini diharapkan bisa menjaga kecukupan modal Badan Usaha Syariah (BUS) yang akan dibentuk,” ungkapnya pada diskusi dengan media di Yogyakarta, baru-baru ini.

Nixon mengungkapkan bahwa Bank BTN harus segera memutuskan untuk memilih penyertaan modal 100%, 61% atau 39%. Sementara bila jika ingin jalan sendiri dengan melakukan spin off UUS menjadi BUS memang butuh capex sangat besar.

“Hitungan kasar, setidaknya kami butuh suntikan modal Rp4,5 triliun sampai Rp5 triliun. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga ekspansi UUS paling tidak sampai lima tahun ke depan setelah spin off terlaksana,” jelas dia seperti dikutip dari Indonesia Housing.co.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Bisnis Konsumer BTN Budi Satria mengatakan, kinerja UUS BTN saat ini sudah cukup baik. Ekspansinya dipastikan akan lebih luas dan kencang setelah spin off.

“Spin off ini merupakan rencana strategis untuk meningkatkan kinerja BTN pada 2020. Pertimbangannya, BTN syariah punya kinerja yang baik. Tapi, karena masih unit usaha, hasilnya belum maksimal sehingga perlu perkembangan bisnis yang lebih luas dan profesional,” ujar Budi.

Hingga semester 1-2019 lalu UUS BTN mencatat pertumbuhan aset sebesar 19,67% menjadi Rp29,17 triliun. Kemudian penyaluran pembiayaan tumbuh 16,54% menjadi Rp 23,16 triliun, serta penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 18,15% menjadi Rp 23,02 triliun.

Sementara untuk memperluas bidang usaha, Bank BTN berencana menguasai saham perusahaan asuransi Jiwasraya Putra, anak usaha PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Rencana ini akan mendapat kepastian pada akhir tahun 2019.

Nixon menyampaikan, saat ini ada tiga investor asing yang sedang melakukan penawaran untuk melakukan penyertaan modal ke Jiwasraya Putra. Dari saham yang dibeli, nantinya BTN akan menerima sebagian saham, tanpa mengeluarkan modal, tetapi dengan landasan perjanjian kerja sama guna mendukung bisnis Jiwasraya Putra.

Ditambahkan, investor baru nantinya akan menguasai 65% saham Jiwasraya Putra. Sementara BTN diberi porsi saham 20%, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.,13% dan sisanya PT Kereta Api Indonesia (Persero) serta PT Pegadaian (Persero). “Tahap pitching investor ini lagi berjalan. Kepastian penguasaan saham ini baru diketahui nanti akhir 2019. Tapi jika investor tersebut tidak lolos proses pitching, maka rencana penguasaan modal otomatis juga batal,” ujarnya. (Rinaldi)