Kilas Berita

Bekasi dan Karawang Masih Jadi Pilihan Industri Hi-Tech

Administrator | Jumat, 04 Maret 2022 - 11:22:34 WIB | dibaca: 235 pembaca

Foto: Istimewa

kawasan industri yang berlokasi di Bekasi dan Karawang, Jawa Barat, masih menjadi kawasan favorit untuk industri berteknologi tinggi (high technology/hi-tech) di Jabodetabek, demikian dipaparkan konsultan properti Cushman & Wakefield.

Director Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia, Arief Rahardjo mengatakan, meski kondisi pasar properti tidak menentu akibat pandemi Covid-19, namun dua lokasi kawasan industri di sepanjang koridor timur terus menambah pasokan lahan baru. Hal itu karena ketersediaan lahan yang semakin terbatas, sementara permintaan cenderung meningkat.

“Bekasi dan Karawang tetap menjadi daerah yang paling diminati oleh perusahaan industri teknologi tinggi seperti data center dan otomotif, termasuk industri kendaraan listrik yang diperkirakan akan terus berkembang,” ujar Arief.

Menurut dia, Bekasi dan Karawang lebih diminati perusahaan high technology disebabkan aksesnya yang mumpuni karena memiliki banyak akses infrastruktur nasional seperti jalur tol Jakarta-Cikampek, jalur LRT Jabodetabek, jalur Trans Jawa, Railway Jakarta-Bandung, Bandara Internasional Kertajati, dan Pelabuhan Patimban. Akses penting untuk memudahkan proses pengiriman dan menghemat biaya pengiriman.

Selain itu, mayoritas kawasan industri di Bekasi dan Karawang sudah mengaplikasikan teknologi industri 4.0 yang mempermudah proses produksi.

Sementara itu, permintaan lahan industri di sepanjang koridor barat terutama di Tangerang dan sekitarnya, lebih banyak didominasi industri makanan dan kimia.

Dijelaskan Arief, kawasan industri di Bekasi menambahkan sekitar 125 hektar untuk pasokan tanah dan kawasan industri pada kuartal III-2021. Sedangkan Karawang menambahkan sekitar 73,5 hektar untuk pasokan tanah. Sementara itu, total persediaan lahan industri di wilayah Jabodetabek menjadi 15.773 hektar.

“Ada optimisme pengembang terhadap potensi sektor industri Jabodetabek. Pengembang terpantau masih mencari peluang sambil memantau situasi pasar dan kebijakan pemerintah terkait penangganan Covid-19,” ujar dia.

Tingkat Penyerapan
Arief menjelaskan, permintaan lahan industri di wilayah Jabodetabek menunjukkan adanya pemulihan progresif selama kuartal kuartal III-2021. Hal ini tercermin dari peningkatan sebesar 127,8% (year on year/yoy) dengan total penyerapan bersih 59,40 hektar. Ini juga mencerminkan perubahan permintaan (quarter on quarter/qoq) sebesar 14,1%.

“Selama kuartal III-2021, kawasan industri di Karawang memenuhi 64% dari permintaan pasar pada kuartal tersebut, terutama yang berasal dari sektor otomotif (baterai kendaraan listrik),” kata dia.

Selain itu, ungkap Arief, pada kuartal III-2021 ada penambahan inventaris gudang sewa seluas 101.285 m2 di wilayah Jabodetabek. Sehingga total pasokan gudang sewa menjadi 1,97 juta m2. Diprediksi, hingga akhir 2021, sekitar 28.000 meter persegi ruang gudang sedang dalam proses untuk memasuki pasar.

Sementara itu, hingga September 2021, rata-rata gudang sewa di wilayah Jabodetabek tercatat sebesar 87,4%, meningkat 3,7% dari kuartal sebelumnya, dengan permintaan terutama dari perusahaan terkait logistik termasuk e-commerce, dan barang konsumsi.

Untuk harga tanah di kawasan Industri, ungkap Arief, masih relatif stabil dan tidak berubah sebagai dampak pandemi terhadap permintaan yang terus berlanjut. Per September 2021, rata-rata harga tanah di Jabodetabek untuk industri tercatat Rp 2.565.000 per m2 (-2,0% yoy), sedangkan rata-rata harga sewa gudang di Jabodetabek adalah Rp 73.000 per m2 per bulan.

Sementara itu, konsultan properti Colliers International menyarankan agar pemilik kawasan industri menyiapkan berbagai kebutuhan masa depan seperti infrastruktur dan sumber energi sebagai dampak perubahan gaya hidup dan ketergantungan industri pada teknologi.

Saat ini, teknologi juga menggambarkan perkembangan industri dalam mendukung gaya hidup dan kebutuhan perusahaan. Industri otomotif misalnya membutuhkan sumber energi cukup terutama untuk kendaraan listrik (electronic vehicle/ EV).

“Kita mengantisipasi lebih banyak produsen EV akan mempertimbangkan Indonesia sebagai basis produksi mereka dan selanjutnya mengharapkan perluasan pusat data di beberapa lokasi, terutama di kawasan industri,” ungkap Ferry Salanto, Head of Research Colliers International Indonesia.

Hingga akhir tahun, Colliers terus percaya bahwa permintaan dari industri otomotif, logistik, makanan, bahan kimia, dan barang konsumsi akan terus menonjolkan di pasar kawasan industri, selain dari perusahaan teknologi tinggi.

Colliers juga menyebutkan Karawang sebagai kawasan yang banyak diminati. Namun selain Karawang, beberapa lokasi juga masih akan ekspansif, seperti di Serang dan Sukabumi.

“Secara harga, kami tidak berharap untuk melihat penyesuaian harga sampai akhir tahun 2021, tetapi mereka mungkin berpotensi meningkat setelah pasar pulih,” jelas Ferry.

Hingga kuartal III-2021, permintaan kawasan industri turun hingga 52,72 hektar dengan tidak ada sama sekali permintaan baru. Sedangkan secara harga masih bertahan di USD 198,55 per meter persegi.

Secara rinci, suplai baru dikontribusikan sebagian besar berasal dari Serang, daerah selatan Sukabumi dan Karawang sampai daerah Subang. Di Serang, Modern Cikande dilaporkan menyiapkan tambahan lahan 80 hektar.

Di saat yang sama, perkembangan di kawas an industri baru di Cikembar, Kabupaten Sukabumi dengan luas sekitar 223 hektar. Sementara di Karawang, ada potensi perluasan lokasi industri di Trans Hexa Karawang dan KIIC.

Jauh di timur, beberapa tuan tanah juga sudah mulai mempersiapkan pengembangan kawasan industri modern di dekat Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat. (Teti Purwanti)
 
Sumber: